Teknologi

Belasan Tahun Meniti Karir di Dunia IT, Sempat Menghindari Coding

Indodax


Jakarta, Wikimedan Bagi wanita Indonesia, hari ini merupakan hari yang istimewa. Sebagaimana kita ketahui 21 April merupakan hari lahir Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat, atau lebih dikenal dengan RA. Kartini. Hari lahirnya ini kemudian dikenal sebagai Hari Kartini sejak penetapan pada 1964.

Berkat perjuangan dan pemikirannya, perempuan Indonesia bisa seperti sekarang. Perempuan tak lagi cuma berurusan dengan memasak, berdandan, melahirkan, tapi juga berbagai hal yang sebelumnya hanya melekat pada kaum Adam.

Dan saat ini banyak ditemui Kartini hebat yang bekerja keluar dari zonanya, seperti di bidang Information technology (IT) yang lekat dengan kaum adam. Salah satunya adalah Tina Lusiana, yang merupakan Vice President of IT Business Intelligence&Analytics at PT Telkomsel. Namun jika melihat latar belakang pendidikannya, dunia IT bukanlah hal baru baginya. Tina merupakan lulusan ITB, Bandung yang merupakan Univesitas yang cukup banyak melahirkan tokoh-tokoh hebat di bidang IT.

Wanita ini salah satu sosok yang memegang peranan penting di perusahaan operator nomor satu di Indonesia ini. Tina sudah 13 tahun bergabung di Telkomsel, namun menurutnya Telkomsel bukanlah perusahaan pertama dirinya meniti karir. Sejak Lulus kuliah tahun 2016, Tina pertama kali bekerja di sebuah software consulting company di kota Bandung, yang berfokus pada enterprise framework and corporate solution.

“Saya mengawali karier di Telkomsel di awal 2017 dengan bergabung sebagai staff di bidang IT. Saat pertama kali merintis karier di Telkomsel, saya diberikan tanggung jawab untuk melakukan konfigurasi pricing pada charging/billing system. Kemudian saya sempat diberikan amanah sebagai Enterprise Architect selama 1.5 tahun sebelum akhirnya saya dipindahkan ke domain pengolahan data dan mendapatkan amanah untuk mengelola IT Business Intelligence & Analytics hingga saat ini,”ujar Tina.

Menghindari Coding

Label dunia IT yang identik lahan pria, tidak membuatnya terbebani. Sejak  bekerja di Telkomsel, ibu tiga anak ini tidak mengalami sedikit pun diskriminasi gender, baik dalam hal pemberian kesempatan untuk pengembangan karir/capability maupun dalam pengakuan/recognition terhadap achievement. Equality pun berlaku dalam delegasi pekerjaan, dukungan kesehatan, dan lain-lain.

Selain itu, jumlah leader wanita di Telkomsel baik dalam domain teknis maupun bisnis pun tidak sedikit. Telkomsel telah menerapkan gender equality dengan efektif.
Meski begitu pekerjaan yang dilakoni tidak semuanya berjalan mulus dan bekerja sesuai dengan kemampuannya. Diakui Tina, kendati bekerja d bidang Teknologi, di awal karir sempat menghindari pekerjaan yang terkait coding, karena merasa tidak mampu.

“Tetapi ketika bergabung di Telkomsel, saya diberi tanggung jawab yang membutuhkan skill coding. Dengan terpaksa, awalnya saya jalani, namun hal itu tidak pernah saya sesali. Mempelajari hal yang saya hindari pada akhirnya mampu mendobrak kekhawatiran yang sebelumnya saya rasakan,”tutur Tina.

Dari pengalaman bekerja di domain IT selama 14 tahun, dan berinteraksi dengan banyak orang, dirinya mulai memahami bahwa tidak ada perbedaan yang fundamental antara laki-laki dan perempuan dalam attitude dan skill.

Menurutnya sebuah hasil riset pun menunjukkan produktivitas perempuan tidak kalah dengan laki-laki. Disini dia melihat bahwa peran dari laki-laki dan perempuan cukup saling menyeimbangkan satu sama lain, sehingga dalam membangun tim, selalu memastikan bahwa role/responsibility tertentu yang memerlukan analisa detail, multitasking, interaksi dan empati akan ditempati oleh laki-laki dan perempuan.

“Dalam perspektif lain, saya melihat bahwa perempuan perlu lebih aktif dalam mengakses informasi serta membangun kepercayaan diri,”kata Tina lagi

Kesulitan Selama Bergabung di Telkomsel

Pertama kali bergabung di tim IT Telkomsel, Tina mengakui merasa kurang percaya diri dengan kompetensi, salah satunya karena jumlah wanita di tim IT saat itu masih sangat sedikit dibandingkan laki-laki. Tina mencoba untuk menjalani pekerjaan dengan tetap berfokus pada hal positif. Di saat yang sama pun terus belajar untuk memahami kelebihan dan kekurangan yang perlu Tina improve.

Kesulitan lain yang dihadapi sebagai wanita pada umumnya adalah ketika melahirkan. Dikatakan Tina, dia tetap ingin mengembangkan potensi, tanpa harus mengorbankan keluarga. Karena baginya peran seorang Ibu adalah sangat besar dalam pembentukan karakter dan pendidikan anak. dan seiring dengan waktu, Tina belajar untuk menetapkan prioritas- apa yang penting dalam konteks tertentu.

“Meluangkan waktu untuk self-improvement, me-time dan family time, tetap memaintain social interaction, serta memberi room untuk imperfection, tidak untuk menjustifikasi kekurangan yang kita sadari, tapi untuk melihat potensi self-improvement. Sejak itu perlahan saya mulai menikmati peran yang saya yang juga sebagai pekerja dan ibu,’ ungkap Tina.

Wanita yang memiliki prinsip khtiar, bersyukur dan ikhlas, Tina juga memiliki prinsip tidak pernah ragu-ragu untuk menantang diri sendiri, Tina meyakini bahwa tanggung jawab yang diemban adalah amanah.

Sementara dalam konteks teknologi, prinsip Tina adalah stay hungry untuk belajar sesuatu yang baru, jangan malu untuk berinovasi dan belajar beradaptasi dengan pace kerja yang cepat. Dan yang terpenting, mental yang kuat dan selalu percaya diri dengan kemampuan kita.

Peran Ibu

Kondisi pandemi saat ini pun menjadi tantangan bagi ibu pekerja seperti Tina, di awal pandemi, stres menghampiri, karena perlu menjadi guru pendamping bagi anak-anak dalam mendukung pembelajaran jarak jauh, serta menyelesaikan tanggung jawab kantor dan urusan domestik di rumah pada saat yang sama. Kondisi seperti ini membuat dirinya belajar membagi waktu di sela-sela meeting, untuk mendampingi anak belajar dan mendelegasikan beberapa pekerjaan rumah dengan anggota keluarga lain. Dukungan dari suami dan keluarga, menjadi penyemangat baginya.

Sebagi wanta pekerja di Industri telekomunikasi, Tina pun memiliki pengalaman terkait telpon, internet, handphone dan media sosial. Karena berkarier di bidang telekomunikasi, tidak jarang Tina diminta bantuan oleh lingkungan untuk menyelesaikan segala permasalahan seputar gadget, mulai dari kuota internet yang habis, setting ponsel. Sehingga Tina melihat bahwa setiap insan perusahaan memiliki peranan penting sebagai agen yang membantu memberikan jalan atau solusi bagi customer yang sedang terkendala.

Terkait media sosial, Tina melihat komentar atau feedback dari publik yang disampaikan melalui media sosial sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendengarkan customer voice, sehingga memahami sentimen mereka dalam waktu yang cepat menjadi hal yang cukup krusial. Hal ini sangat dimungkinkan dengan adanya pemanfaatan teknologi big data dan machine learning.

Memahami bahwa satu minggu, sebagaian waktunya banyak dilakukan untuk bekerja, sehingga waktu memasak menu-menu favorit yang diminta oleh anak-anak. Menurutnya, hal ini selain mendekatkan diri dengan keluarga kecilnya, juga supaya mereka tidak lupa dengan masakannya.

Formal Education

Bachelor of Informatics, Faculty of Industry Technology, Institut Teknologi Bandung, 2006

Invited Talks and Teach

*Konferensi Big Data Indonesia 2016, Big Data as Business Performance Monitoring and Optimization Enabler in Telecommunication Industries, December 7, 2016
*Guest Lecturer 2017-2018, Telkom University for Data Science Course
*Informal Talk of Indonesia Muda Club at Kementerian BUMN : WFH vs WFO, November 2020
*OfficeHour Webinar with RuangKerja : Strategies to Scale Up the Business with Technology, December 2020

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *