Alami Low Vision, Ini Kesulitan Arianti Berlari di Dua Nomor Berbeda
[ad_1]
Wikimedan – Tidak mudah bagi atlet penyandang disabilitas untuk turun di nomor yang berbeda. khususnya untuk penyandang tuna netra kategori low vision. Lantaran memiliki kelemahan pada pengelihatan, mereka butuh adaptasi yang lebih lama.
Hal tersebut diakui oleh pelari Ni Made Arianti Putri. Turun di nomor lari 100 meter dan 400 meter dan sukses meraih dua medali perak, Arianti mengaku ia butuh latihan khusus untuk bisa membiasakan diri berlari di dua nomor tersebut.
“Saya kan low vision, jadi agak susah untuk tikungan. Saya masih kurang kalau harus lari di trek berbelok. Jadi saya harus menyesuaikan,” ucap atlet berusia 22 tahun itu usai pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Kamis (11/10).
Low vision sendiri merupakan keadaan di mana pengelihatan penderitanya menjadi sangat buram. Low vision juga tidak bisa disembuhkan dengan penggunaan kacamata, lensa kontak, maupun operasi mata.
Arianti menceritakan, awalnya ia hanya dilatih untuk nomor 100 meter. Namun, pelatih memintanya untuk turun juga di nomor 400 meter.
Arianti menjelaskan, perbedaan kedua nomor ini bukan hanya di jarak tempuh. Pada nomor 100 meter, lintasan yang digunakan hanya berupa jalan lurus. Sementara untuk nomor 400 meter, dia harus melakukan satu kali putaran.
“Pertama saya didampingi, kemudian selanjutnya sendiri. Kita juga harus memakai feeling karena harus hafal belokannya kan,” jelasnya.
Terbukti, latihan keras yang dilakukannya berbuah hasil. Dia mampu meraih medali perak di nomor 400 meter kategori T13 dengan catatan waktu 1.05.29 detik.
(mat/JPC)
[ad_2]