(26 Tahun) Telkomsel: Sang Raksasa Memburu Pijakan Baru
Jakarta, Wikimedan – Hari ini 26 Mei 2021, Telkomsel genap berusia 26 tahun. Berbeda dengan perayaan sebelumnya yang cenderung lebih bersifat seremonial atau sekadar promo bombastis, seperti bagi-bagi hadiah atau kuota gratis, milad tahun ini terasa lebih istimewa. Pasalnya, berbarengan dengan lompatan perusahaan pada teknologi selular berikutnya, yaitu 5G.
Seperti diketahui, hanya berselang dua hari sebelum menginjak hari jadi, operator selular terbesar di Indonesia itu, mengumumkan siap menggelar layanan 5G di Indonesia. Sebelumnya, Telkomsel secara resmi telah menerima Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) teknologi 5G dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 24 Mei 2021. Dengan demikian, Telkomsel resmi menyandang predikat sebagai Penyelenggara Telekomunikasi Jaringan 5G pertama di Indonesia.
Setelah menggamit SKLO, Telkomsel bergerak cepat. Rencananya layanan 5G akan diluncurkan secara serentak mulai besok, 27 Mei 2021. Selanjutnya dapat dinikmati secara terbatas dan bertahap di enam lokasi residensial di wilayah Jabodetabek, serta di kota-kota lain seperti Solo, Medan, Balik Papan, Denpasar, Batam, Surabaya, Makassar, dan Bandung.
Peluncuran layanan 5G secara komersial, menunjukkan Telkomsel selalu menjadi pionir layanan telekomunikasi nirkabel di Tanah Air, sejak digelarnya teknologi 2G, 3G, 4G (LTE) dan kini 5G.
Di era 2G, memang Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) menjadi operator GSM pertama yang menggunakan kartu SIM pada 1994. Disusul oleh Telkomsel (1995) dan Excelcomindo Pratama (1996).
Meski secara komersial layanan 2G Telkomsel terlambat setahun dibandingkan Satelindo, namun sejatinya Telkomsel (saat itu bernama Telkomsel GSM – divisi khusus yang dibentuk PT Telkom) sudah memulai proyek percontohan selular digital berstandar GSM di Pulau Batam, Kepulauan Riau, pada 1992.
Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 2 September 1994, BJ Habibie meresmikan pengoperasian Telkomsel GSM di pulau yang sama. Sebagai Menristek (saat itu), Habibie sukses melakukan percobaan dengan melakukan hubungan telepon perdana melalui ponsel berbasis GSM, dari Batam ke Jakarta dan London.
Keberhasilan panggilan selular pertama oleh presiden Indonesia ketiga itu, membuat Telkom bersicepat. Delapan bulan kemudian, tepatnya pada 26 Mei 1995, Telkom resmi membentuk Telkomsel. Keputusan yang dinilai tepat, karena kelak anak perusahaan itu, menjadi sumber pendapatan utama PT Telkom hingga kini.
Setelah 2G, industri selular Indonesia memasuki era 3G yang dimulai pertama kali pada 2005. Saat itu, Telkomsel berhasil melakukan uji coba 3G berbasis teknologi W-CDMA (Wideband-code Division Multiple Access) di Jakarta. Keberhasilan ini terus berlanjut ke beberapa wilayah, seperti Surabaya dan Batam. Setelah uji coba dinilai sukses, Telkomsel pun menjadi operator pertama yang menggelar jaringan 3G secara komersial pada 2006 silam.
Mengusung layanan data, kecepatan maksimum 3G sejatinya hanya berkisar 21,6 Mbps. Meski demikian, 3G bisa dibilang sebagai embrio dari mobile internet. Di era inilah, popularitas smartphone semakin meningkat menggusur feature phone. Merek-merek seperti Blackberrry dan iPhone menjadi smartphone idaman masyarakat, menggeser Nokia yang selama bertahun-tahun menjadi raja ponsel di Indonesia.
Teknologi selanjutnya, yaitu 4G menjadi jawaban dari berkembangnya kebutuhan akan akses internet mobile yang lebih mumpuni. Tujuh tahun kemudian, Indonesia benar-benar menggelar 4G/LTE (Long Term Evolution). Teknologi selular generasi keempat ini menawarkan kecepatan hingga 100 Mbps, bahkan berkembang hingga 1 Gbps dengan adanya LTE-Advanced.
Di Tanah Air, teknologi 4G pertama kali diuji coba oleh Telkomsel pada 2010. Tiga tahun kemudian, saat di digelar KTT APEC, Telkomsel kembali menguji coba layanan 4G. Setahun berselang, tepatnya pada akhir Desember 2014, Telkomsel menjadi operator selular pertama yang mengoperasikan layanan 4G LTE secara komersial.
Telkomsel menyebutkan layanan 4G ini merupakan jawaban atas kebutuhan masyarakat terhadap mobile broadband yang terus meningkat, seiring dengan perubahan pola komunikasi dari layanan dasar atau basic service (SMS dan voice) ke layanan data.
Berkat 4G, mengakses media sosial, membalas email, selancar di dunia maya, meng-upload/download foto, video atau dokumen kerja, bermain game, menonton video online dengan kualitas HD, serta beragam aktifitas lainnya, telah menjadi kebiasaan baru, terutama pada generasi milenial. Ini adalah lompatan yang luar biasa, mengingat beberapa tahun lalu, masyarakat masih terbiasa dengan layanan dasar.
Dengan kecepatan akses tiga kali lebih cepat dibandingkan 3G, teknologi 4G memberikan kesempatan bagi terciptanya ekosistem digital berbasis DNA (device, network, application), sekaligus mendorong tumbuhnya ekonomi digital. Operator pun dengan sigap menangkap peluang dengan menghadirkan beragam bisnis baru dengan platform yang sungguh-sungguh berbeda dibandingkan teknologi selular sebelumnya.
Di sisi lain, operator juga menghadapi tantangan yang tak ringan karena era data memberikan kesempatan kepada OTT, terutama OTT asing seperti Facebook, Youtube, Twitter, Instagram, WhatsApp dan lainnya, untuk mendisruspi layanan yang sebelumnya menjadi tambang uang operator.
Persoalan bertambah rumit karena tarif data yang dipatok operator selular di Indonesia, tergolong paling murah di dunia. Kombinasi keduanya, pada akhirnya memberi tekanan pada kinerja operator, di mana pendapatan, yang dihasilkan tak lagi sebaik tahun-tahun sebelumnya. Tak jarang, operator mengalami kerugian, imbas dari kompetisi yang terbilang ketat.
Transformasi Digital
Demi merespon landscape industri yang telah berubah dengan cepat itu, mau tak mau Telkomsel terus berusaha memperkuat tranformasi digital yang selama ini telah dijalankan perusahaan. Dengan bertransformasi menjadi perusahaan telekomunikasi digital, Telkomsel kini fokus pada tiga pilar utama, yakni digital connectivity, digital platform, dan digital services. Inilah arah dan pijakan baru Telkomsel di masa depan.
Walau dihadapkan pada kompetisi yang terbilang keras, namun operator selular diuntungkan dengan peralihan pola komunikasi masyarakat. Bagaimana pun pandemi Covid-19 yang meruyak sejak awal tahun lalu, telah mendorong transformasi digital di masyarakat dan dunia usaha menjadi beberapa tahun lebih cepat. Sehingga hal ini menjadi ruang akselerasi bagi Telkomsel, khususnya dalam penyediaan layanan internet berkualitas, baik di rumah maupun perkantoran.
Alhasil, untuk mengejar pertumbuhan pelanggan di era data, Telkomsel terus menggenjot pembangunan BTS, terutama 4G. Hingga akhir 2020, anak perusahaan Telkom dan SingTel ini, telah membangun 27,7 ribu BTS 4G LTE baru. Saat ini Telkomsel telah memiliki total BTS lebih dari 231 ribu unit dengan 78% di antaranya adalah BTS 3G/4G.
Cakupan layanan 4G ini sangat mengesankan, mengingat geografi Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas. Menjadi tantangan yang tak ringan bagi operator untuk membangun sekaligus memelihara jaringan.
Semakin meningkatnya pengguna data, sebagai imbas dari pembangunan jaringan 4G/3G yang telah menjangkau 97% populasi, menunjukkan bahwa Telkomsel memiliki modal yang sangat kuat untuk tetap leading di era digital.
Di sisi lain, jaringan yang kuat dan menyebar di seluruh penjuru negeri, juga memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mencoba berbagai layanan Telkomsel, terutama digital business yang kelak akan menjadi mesin pertumbuhan utama baru bagi perusahaan, menggantikan voice dan SMS yang terus menurun kontribusinya.
Faktanya, pembangunan BTS 4G yang massif, terbukti mampu menjadi mesin pertumbuhan perusahaan sepanjang 2020. Tercatat pertumbuhan trafik data, melompat hingga 43,8% dibanding 2019 menjadi 9.428 petabyte. Lonjakan itu sejalan dengan semakin besarnya kebutuhan layanan data, khususnya dikarenakan perubahan gaya hidup masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Trafik data yang tinggi pada akhirnya sukses mengatrol pendapatan Telkomsel, terutama dari layanan digital business. Dengan total pelanggan mencapai 169,5 juta, jumlah pengguna mobile data Telkomsel menembus 115,9 juta atau meningkat 5,2% dibanding 2019. Sepanjang 2020, pendapatan digital business Telkomsel juga tumbuh sebesar 7% menjadi Rp 62,33 triliun.
Alhasil, kontribusi pendapatan dari digital business meningkat menjadi 71,6% dari total pendapatan Telkomsel, dibandingkan 63,9% pada tahun sebelumnya. Hal itu menunjukkan telah terjadi pergeseran signifikan, dari bisnis legacy (voice dan SMS) ke layanan digital business.
Laba tahun berjalan dari operasi yang masih berlanjut mencapai Rp 25,06 triliun. Meski begitu, laba sepanjang 2020 itu, sedikit turun dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya Rp 25,79 triliun. Penurunan laba tak lepas dari menyusutnya pendapatan. Sepanjang 2020 pendapatan perusahaan sebesar Rp 87,1 triliun. Padahal pada 2019 menembus Rp 91 triliun.
Pendapatan layanan bisnis digital Telkomsel sejatinya belum mampu menutupi derasnya penurunan pendapatan dari layanan legacy. Perusahaan mencatat penurunan pendapatan layanan legacy hingga Rp 8,01 triliun atau turun 24,6% dari Rp 32,85 triliun pada 2019 menjadi Rp 24,77 triliun pada 2020. Catatan inilah yang membuat total pendapatan Telkomsel pada 2020 turun jika dibandingkan dengan 2019.
Meski dari sisi pendapatan dan laba bersih tidak sebaik tahun sebelumnya, namun operator selular yang kini dipimpin oleh Setyanto Hantoro itu, telah mengatasi beragam tantangan dengan konsisten memperluas ekosistem digital dan menciptakan inisiatif strategis yang diyakini akan mendukung peningkatan layanan dan solusi digital di masa depan. Sehingga perusahaan berpeluang untuk mencetak rebound pada tahun-tahun mendatang.
Salah satu upaya rebound itu adalah keberanian Telkomsel untuk menggelar layanan 5G lebih cepat dari perkiraan, meski ekosistem 5G sejauh ini dinilai belum matang.
Selamat ulang tahun Telkomsel. Semoga terus berjaya dan memberikan manfaat lebih banyak lagi kepada masyarakat luas …