Teknologi

2019 Advan Kembali Perkuat Segmen Entry Level

Indodax


Jakarta, Wikimedan – Pasar smartphone di berbagai kelas, terutama kelas pemula (entry level/low end) dan menengah (mid end) bisa dibilang sudah penuh sesak. Sebelumnya, segmen ini terutama entry level, identik dengan brand lokal. Namun belakangan brand-brand global juga tak ingin melepaskan kesempatan untuk mengambil ceruk pasar.

Serbuan brand global, terutama smartphone asal China, memang terasa sekali dampaknya bagi brand lokal. Aktifitas pemasaran yang massif, menggunakan berbagai medium seperti billboards, flyer, TV, bahkan menyewa brand ambassador, membuat pangsa pasar brand lokal terus tergerus.

Menurut catatan IDC, pada akhir 2017, pangsa pasar ponsel lokal tersisa hanya 17% dari 20% pada 2016. Meski terus menukik, hal ini tak menjadikan produsen lokal seperti Advan, berhenti mengembangkan sistem operasi dan fitur terdepan.

“Sejak akhir tahun 2016, kami sudah mulai mengembangkan produk-produk unggulan seperti Advan G1, G1 Pro, A8, G2 dan G3. Kami pun sudah mengembangkan sendiri sistem operasi IDOS dan berbagai fitur keamanan,” tutur Tjandra Linto, Marketing Director Advan.

Menurut Tjandra, keputusan Advan bermain di segmen menengah, yakni smartphone seharga Rp 2 jutaan, sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, masyarakat sudah banyak membutuhkan aplikasi di ponselnya, sehingga perangkat tersebut harus didukung dengan spesifikasi mumpuni.

“Masyarakat sudah banyak menggunakan aplikasi untuk kebutuhan mereka. Mau tidak mau, pengguna harus upgrade ponselnya kalau ingin mencukupi. Jadi, kita juga harus naik kelas,” kata Tjandra.

Meski berhasrat untuk mempertahankan posisi di kelas menengah, Advan berupaya menjaga kelas pemula yang sudah disasar dan dikuasai selama ini. Melalui pabriknya yang berada di Semarang, Jawa Tengah, Advan tetap akan menghadirkan gadget yang harganya sesuai dengan kantong masyarakat.

Malah menurut Tjandra, pada 2019 mendatang, Advan akan lebih agresif memperluas pangsa pasar di segmen ultra low end, yakni smartphone di bawah Rp1 juta.

“Seperti halnya kelas menengah, permintaan smartphone ultra low end terus mengalami peningkatan. Hal ini dipicu oleh transisi pengguna yang sebelumnya menggunakan feature phone beralih menjadi pengguna smartphone”, ujar Tjandra.

Strategi yang ditempuh oleh Advan pada 2019, tampaknya sejalan dengan laporan yang dikeluarkan oleh IDC. Dalam riset pada 2017, IDC mengungkapkan bahwa kebanyakan pengguna menyukai ponsel low end karena harganya terjangkau, namun fitur dan spesifikasinya lumayan. Sementara 85% pembeli setuju membeli smartphone baru dengan harga lebih tinggi.

Berdasarkan riset IDC, pada kuartal kedua 2018, Advan menjadi satu-satunya brand lokal yang berada di lima besar. Posisi pertama diduduki Samsung dengan pangsa pasar 27%, selanjutnya Xiaomi dengan 25%, Oppo dengan 18%, kemudian Vivo dengan 9%, kelima Advan dengan 6%.

Kategori : Berita Teknologi

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *