Berita Nasional

Fenomena Mendadak Kaya di Desa Miliarder Tuban, dari Mobil Ringsek Berjamaah hingga Takut Kehilangan Pekerjaan

Indodax


Desa Sumurgeneng, Tuban, belakangan menjadi pembicaraan karena warganya yang ketiban durian runtuh. Per KK disebut menerima uang ganti rugi dari Pertamina dengan nominal antara Rp 8M-28M, sebagai biaya pembebasan lahan untuk proyek kilang minyak New Grass Root Refinery. Saking banyaknya jumlah uang tersebut, berbondong-bondong mereka membeli mobil hingga menjadi sorotan dan viral. Kini warga di sana disebut sebagai miliarder.

Membeli mobil pun bukannya satu. Dalam satu rumah, dikabarkan bisa membeli 4 mobil baru. Total sekitar 180-an mobil kini turut menjadi penghuni di kampung tersebut. Namun, belum lama kabar ini menggegerkan publik, bermunculan kabar-kabar nyeleneh dan miris dari warga di sana.

Mulai dari warga yang disebut OKB, sampai mobil yang rusak karena pemiliknya ternyata belum mahir menyetir. Wah wah, kita simak saja kisahnya berikut ini.

Belum bisa menyetir, mobil rusak berjamaah

Memang tidak ada salahnya membeli mobil meski belum bisa mengendarainya dengan benar. Sayangnya, karena sudah terlanjur disorot, segala kejadian nyeleneh, seperti mobil masuk bengkel berjamaah membuat publik geleng kepala. Melansir dari beberapa sumber, ternyata karena pemiliknya belum mahir betul dalam menyetir. Memang sejak kabar pembelian mobil itu mencuat, ada pula cerita warga yang ramai-ramai les mengemudi.

Bukan hanya 1, tapi sampai 15 mobil masuk ke dalam bengkel hingga menarik perhatian warganet. Meski tidak ikut memiliki uang tersebut, namun banyak yang menyayangkan dengan sikap menghambur-hamburkan kekayaan dan latah membeli, di saat barangnya belum benar-benar dibutuhkan.

Desa kemasukan sales mobil, netizen: garong, begal siap-siap ke situ juga

Mendengar kabar bahwa warganya memiliki banyak uang dan baru saja membeli mobil dalam jumlah banyak. Kini banyak sales dan mareketing yang masuk desa tersebut bak masuk perumahan elit. Parahnya lagi, tanpa ada komunikasi dengan petinggi daerah setempat. Tentunya dengan tujuan ingin menawarkan produk mereka. Tapi, tak semua menyambut baik. Karena selain mengganggu ketenangan, warga desa sekitar juga khawatir penularan Covid-19.

Atas kejadian ini, warga menuliskan lewat spanduk, bahwa sales dan permintaan sumbangan dilarang masuk. Alih-alih bersimpati, warganet mengatakan kalau setelah ini yang datang bisa-bisa garong, maling dan begal. Kondisi ini mungkin terjadi sejak aksi pembelian mobil dan kabar duit miliaran masuk ke kantong warga. Well, semoga lebih hati-hati ya.

Warga takut kehilangan pekerjaan

Dalam benak kita, memiliki uang sebanyak itu tentu membuka banyak peluang. Mulai dari memenuhi kebutuhan, membuka usaha hingga berinvestasi. Namun literasi keuangan di desa memang masih sederhana. Melansir dari iNews, beberapa petani masih merasa khawatir jika sewaktu-waktu lahan benar-benar diambil, mereka akan kehilangan mata pencaharian.

Meski uang yang dimiliki sudah ada yang dibelikan lahan, akan tetapi kondisi dan jaraknya memang agak berbeda serta jauh dari lokasi sekarang. Tidak semua warga berkepemilikan penuh terhadap uangnya. Ada juga yang harus dibagi-bagi dengan keluarganya, sehingga memandang masa depan tetap terasa suram.

Tentu saja datangnya uang yang banyak, bakal diikuti dengan rencana-rencana untuk menggunakannya. Hanya saja, manusia kalau sudah lihat uang di depan mata, hati dan pikirannya mudah berubah-ubah. Banyak yang menilai fenomena di atas dengan mental atau cara pandang yang miskin, di mana ketika ada uang malah grasa-grusu ingin dibelanjakan.

Meski yang namanya netizen kerap mengkritik pedas dan julid, banyak juga yang berharap warga segera membuka pikirannya untuk memanfaatkan uang tersebut dengan lebih bijaksana dan direncanakan secara matang. Agar tak berujung penyesalan yang kemudian lagi-lagi menyalahkan pemerintah.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *