Semua Hal yang Perlu Anda Tahu Seputar Lupus dan Kehamilan
Dari sekitar 100 jenis penyakit rematik autoimun yang ada, lupus termasuk salah satu yang cukup sering terjadi. Namun yang belum banyak diketahui, kasus lupus paling banyak terjadi pada wanita usia muda. Hal ini yang mungkin membuat banyak wanita dengan lupus bertanya-tanya, sebenarnya bisakah saya hamil? Dan apa pengobatan yang aman untuk menangani lupus pada ibu hamil?
Tenang, semua keraguan Anda akan saya jawab melalui ulasan berikut ini.
Apakah seorang wanita yang mengalami lupus bisa hamil?
Seperti jenis penyakit autoimun lainnya, lupus juga disebabkan oleh kerja sistem imun yang keliru karena menyerang sel atau jaringan tubuh yang sehat. Lupus tidak bisa disepelekan, karena dapat menyerang organ mana pun di seluruh bagian tubuh.
Pada dasarnya, wanita dan pria sama-sama berisiko mengalami lupus. Hanya saja, perbandingan antara wanita dan pria yang terserang lupus yakni 9:1. Ya, rekor utama orang dengan lupus alias odapus lebih banyak dialami oleh wanita, khususnya di usia muda.
Kabar baiknya, wanita yang mengalami penyakit lupus tentu bisa hamil seperti wanita lain pada umumnya. Namun, memang ada beberapa hal harus diperhatikan sebelum ibu dinyatakan hamil pada saat memiliki lupus.
Pertama, penyakit lupus Anda harus dalam kondisi remisi. Remisi adalah kondisi di mana gejala penyakit lupus sedang stabil alias tidak kambuh.
Saya biasanya menganjurkan agar wanita dengan lupus yang berencana hamil, minimal memberikan jeda waktu 6 bulan untuk hamil setelah fase remisi. Pertimbangan ini diberikan berdasarkan pemeriksaan fisik, keluhan, serta data dari laboratorium.
Kedua, kondisi organ tubuh wanita dengan lupus harus diperhatikan. Ketika organ tubuh mengalami penurunan fungsi yang cukup parah, saya kurang menganjurkan Anda untuk hamil karena terlalu berisiko.
Misalnya saat Anda memiliki lupus bersamaan dengan gagal ginjal lanjut, gagal jantung berat, gangguan paru, serta hipertensi paru yang parah.
Bagaimana pengobatan lupus pada ibu hamil?
Setelah kondisi Anda diperbolehkan hamil dan kemudian dinyatakan positif hamil, dokter akan memberikan obat yang aman untuk kehamilan Anda. Pengobatan penyakit lupus pada ibu hamil meliputi pemberian obat steroid dosis kecil, hidroksikloroquin (plaquenil), dan azatioprin.
Obat-obatan tersebut cukup aman untuk digunakan selama masa kehamilan. Dengan catatan, penggunaannya di bawah pengawasan rheumatologist dan sesuai dengan kondisi pasien pada waktu hamil.
Sebaliknya, obat-obatan seperti siklofosfamid, mikofenolat mofetil, metotrexat dan leflunomid harus dihindari selama kehamilan. Pasalnya, obat ini berisiko menimbulkan cacat pada janin di dalam kandungan.
Apa saja pemeriksaan yang harus dijalani ibu hamil dengan lupus?
Jika ibu hamil memiliki lupus, saya menganjurkan untuk melakukan kunjungan rutin ke rheumatologist setiap 4 minggu sekali sampai usia kehamilan 28 minggu. Selanjutnya, pemeriksaan rutin dapat dimajukan menjadi 3 minggu sekali sampai usia kehamilan minggu ke-36, dan 2 minggu sekali sampai melahirkan.
Pemeriksaan rutin bertujuan untuk memantau kondisi fisik umum tubuh Anda, meliputi tekanan darah. Rheumatologist juga akan melakukan pemeriksaan darah lengkap, termasuk mengecek fungsi ginjal, dan kondisi urine.
Ada juga pemeriksaan khusus yang berfungsi untuk menilai kondisi penyakit lupus yang sekarang sedang terjadi pada ibu hamil. Misalnya kadar komplemen (C3 dan C4), dan anti-dsDNA.
Selain itu, ada juga pemeriksaan khusus yakni ultrasonografi (USG) dan denyut jantung fetal (ekokardiografi janin). Ekokardiografi khususnya dilakukan jika dicurigai ada gangguan pada detak jantung janin.
Deteksi dini mengenai kondisi janin sangatlah penting agar ibu hamil dapat diberikan pengobatan sedini mungkin.
Adakah risiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan bayinya?
Meski terbilang aman, tapi tidak menutup kemungkinan lupus pada ibu hamil dapat menimbulkan kemungkinan buruk. Entah itu pada ibu maupun bayi di dalam kandungan.
Salah satu kemungkinan terburuk yang bisa dialami ibu hamil yakni mengalami flare (kumat). Kondisi ini biasanya disebabkan oleh menghentikan konsumsi obat dan tidak memeriksakan diri secara rutin dengan rheumatologist.
Di sisi lain, lupus pada ibu hamil juga bisa mengakibatkan preeklampsia, eklampsia, dan sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet).
Sindroma HELLP adalah komplikasi pada ibu hamil yang ditandai oleh adanya gangguan organ hati serta darah pada lupus. Sementara pada bayi di dalam kandungan ibu hamil yang memiliki lupus, berisiko mengalami kelahiran prematur, lupus kongenital, dan kelainan jantung bawaan.
Itulah mengapa saya sangat menyarankan agar wanita yang memiliki lupus dan kemudian hamil, untuk rutin memeriksakan diri ke dokter sesuai jadwal.
Setidaknya, hal ini dapat membantu menurunkan sekaligus mendeteksi risiko buruk saat kehamilan sedini mungkin. Sebagai kesimpulannya, sebenarnya kesuburan wanita yang memiliki lupus sama dengan wanita normal lainnya.
Bahkan, sah-sah saja bagi odapus untuk memiliki keturunan. Hanya saja, pastikan Anda mengonsultasikan terlebih dahulu pada rheumatologist saat sedang merencanakan kehamilan, serta rutin memeriksakan diri ke dokter selama masa kehamilan.
Keberhasilan kehamilan pada ibu yang mengalami lupus tergantung pada persiapan serta pemantauan yang baik sebelum dan selama kehamilan berlangsung.