FEB Unpad Bahas Tantangan dan Peluang Fintech di Era Ekonomi Digital
Wikimedan – Perkembangan ekonomi digital saat ini memberikan dampak terhadap financial technology (fintech). Fintech atau teknologi finansial adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan.
Dari fintech ini lantas menghasilkan berbagai produk, layanan, atau model bisnis baru, serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, hingga sistem pembayaran.
“Alvin Toffler yang merupakan seorang futurolog pernah melakukan penelitian bahwa teori gelombang pembagian ekonomi terbagi menjadi empat bagian. Pertama, yaitu gelombang ekonomi pertanian, diikuti gelombang ekonomi industri, gelombang ekonomi informasi, dan keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi kepada ide dan gagasan kreatif,” ujar Kaprodi Doktor Ilmu Manajemen FEB Unpad Sulaiman Rahman Nidar saat menjadi pembicara dalam acara Doctorate Business Issue Forum (Dorbis) 2018 bertema “Fintech: Peluang dan Tantangan di Era Digital Ekonomi”.
Acara tersebut digelar Himpunan Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad di Bale Rumawat, Universitas Padjajaran, Dipati Ukur, Bandung, Jawa Barat, Jumat (13/12).
Hadir pula sebagai pembicara dalam acara tersebut, Ketua HIMA Eris Sudarisman, Dekan FEB Unpad Yudi Azis, CEO T TCash Danu Wicaksana, Founder Peivy id. Marshal Pribadi, Dr. Edi Witjara dari PT. Telkom, Yosamartha dari Bank Indonesia dan Direktur IT Bank BRI Indra Utoyo yang mewakili Deputi Menteri BUMN Bidang Jasa Keuangan Jasa Survey dan Konsultan.
Menurut Sulaiman, gelombang keempat itulah yang kemudian berkembang melalui fintech. Saat ini, fintech telah digunakan oleh UMKM dan LKM.
Berdasarkan Analisis Transaksi Pembayaran menggunakan Fintech Pada UMKM di Indonesia, faktor yang mendukung pelaku UMKM menggunakan Fintech adalah berupa kenyamanan, keamanan, kesesuaian transaksi, kemudahan pencatatan, serta peningkatan penjualan. Sedangkan faktor penghambat pada penggunaan layanan ini adalah implementasi teknologi, biaya, serta kesiapan infrastruktur.
“Saat ini, tantangan dan peluang yang kita hadapi ke depan adalah skala ekonomi, daya saing, literasi teknologi, tingkat pendidikan, dan kuantitas UMKM serta LKM,” kata Sulaiman.
Dekan FEB Unpad Yudi Azis mengatakan, perkembangan ekonomi digital juga turut mempengaruhi sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, FEB Unpad turut ikut serta bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika membuka Digital Talent Scholarship dalam rangka meningkatkan ekonomi digital di Indonesia.
“Di Fakultas sendiri kami bekerja sama dengan Kominfo untuk 1000 digital talent dan Insya Allah ke depannya akan ditingkatkan,” ujar Yudi.
Menurut Yudi, sumber daya manusia terkait ekonomi digital ini masih sangat langka. Salah satu faktornya yaitu karena minimnya pemahaman terkait digital transformasi dan bagaimana penyesuaian yang harus dilakukan.
“Selain mengadakan seminar, di tahun ini kami juga mendirikan Program Studi untuk S1 namanya Bisnis Digital, peminatnya ada sekitar 3 ribuan. Jadi yang menjadi kekhawatiran saya dan yang lain adalah jangan sampai kita ini hanya dijadikan pasar,” kata Yudi.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika yang diwakili oleh Staf Khusus Menkominfo, Lis Sutjiati mengatakan bahwa saat ini dunia sedang menghadapi digital revolution, di mana internet adalah infrastrukturnya. Namun masih banyak permasalahan yang menyebabkan digital revolution di Indonesia tidak berkembang.
“Kalau di lihat masalah itu melibatkan 18 kementerian untuk menyelesaikan. Jadi masalah digitalisasi bukan masalah teknologi tapi seperti membangun satu pemerintahan baru,” kata Lis.
Dikatakan, hampir banyak negara di dunia memiliki kementerian digital. “Kita pelajari bahwa negara-negara yang maju digitalnya ternyata mereka mempunyai yang namanya national digital strategy,” kata Lis.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan ekonomi digital ini pemerintah tidak bekerja sendiri-sendiri. Pemerintah harus melibatkan berbagai pihak untuk menemukan solusi bersama.
“Saat ini, sudah ada sejumlah program pemerintah untuk meningkatkan geliat ekonomi digital, diantaranya adalah dengan meningkatkan jumlah teknopreneur di Indonesia,” kata Lis.
(yes/JPC)
Kategori : Berita Nasional