Olahraga

Ibrahimovic Berkisah Tentang Juventus Jadikan Dirinya Mesin

Indodax


Berita Liga Italia: Zlatan Ibrahimovic meyakini bahwa dirinya menjadi mesin semenjak bermain untuk Juventus dan berkat pelatihan tembakan yang diberikan oleh Fabio Capello.

Sang striker asal Swedia ini bergabung dengan Il Bianconeri dari Ajax Amsterdam pada tahun 2004 silam selama dua musim, namun sebelumnya lebih dikenal sebagai orang yang senang pamer ketimbang kemampuannya mencetak gol.

“Pada awalnya, ketika saya berkembang, itu bukan hanya tentang mencetak gol, namun lebih kepada siapa yang memiliki kemampuan terbaik, teknik terbaik dan saya membawa itu bersama saya ke mana pun saya pergi,” ucap Ibrahimovic dalam wawancaranya kepada BBC Sport. “Itu berubah ketika saya bergabung dengan Juventus. Ketika di Ajax, saya bermain dengan cantik. Saya memiliki tekanan di sana juga, namun gol-gol saya tumbuh di Italia, bersama Capello.

“Semuanya terasa baru bagi saya. Juventus seperti ‘Wow, klub besar, pemain besar, pelatih besar, sejarah besar. Sepak bola Italia, Serie A. Wow’. Itu ketika sepak bola Italia berada di puncak dan saya tahu bahwa untuk bertahan di sana, saya harus bekerja keras. Namun saya merasa berada di sana untuk suatu alasan, saya di sini karena saya hebat.

“Sejak hari pertama setelah latihan saya mendengar Fabio Capello berteriak ‘Ibra!’ itulah munculnya nama panggilan saya. (Luciano) Moggi tidak tahu caranya menyebut nama saya jadi itu hanya ‘Ibra’. Kemudian semua orang mulai memanggil saya Ibra. Dia (Capello) hanya menunjuk ke arah asistennya, si orang tua Italo (Galbiati). Dia sudah mengambil beberapa orang dari akademi dan tim muda, dan saya berlatih dengan bersama mereka. Mereka memberikan umpan silang dan saya mencetak gol setiap 30 menit.”

Ibra melanjutkan tentang bagaimana akhirnya Capello membuat dirinya menjadi sebuah mesin berkat porsi latihan berat yang diterapkan kepadanya.

“Saya mencoba untuk pulang sebelum semua orang dan saya hanya mendengar ‘Ibra!’ dan saya langsung tahu apa itu maksudnya. Saya hanya menembak, menembak, tembakan bagus dan tembakan buruk. Pada akhirnya saya menjadi sebuah mesin di depan gawang untuk mencetak gol, terutama di Italia ketika menjadi seorang striker adalah tugas paling berat sebab mereka harus bagus secara taktik dan pada saat itu banyak defender kelas dunia.

“Saya mengingat pertandingan melawan (para defender Milan) Paolo Maldini dan Alessandro Nesta. Anda tidak mendapatkan peluang, mungkin hanya separuh peluang dan di belakang mereka ada Dida, seorang penjaga gawang kelas dunia. Namun saya beruntung kala itu karena memiliki (Gianluigi) Buffon sebagai rekan latihan dan di depannya ada (Lilian) Thuram dan (Fabio) Cannavaro.

“Anda tidak melewati mereka untuk merasa hebat, jika Anda melewati mereka maka Anda akan merasakan kesakitan di segala tempat. Kemudian Anda harus mencetak gol, namun Anda memiliki Buffon untuk dioper. Jadi saya memiliki lingkungan yang bagus untuk berlatih mencetak gol dan gol-gol pun datang selama saya berlatih.”

Artikel Tag: Zlatan Ibrahimovic, Juventus


Kategori : Berita Olahraga

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *