Panitia: Sudah Kami Teriaki Berkali-kali agar Turun
Wikimedan – Insiden viaduk yang menewaskan tiga orang Jumat malam lalu (9/11) mulai memasuki ranah hukum. Kemarin polisi memanggil penyelenggara drama kolosal Surabaya Membara. Mereka ditanya seputar perizinan acara tersebut.
Salah seorang yang dipanggil adalah penanggung jawab acara, Taufik Hidayat. Pria yang akrab disapa Taufik Monyong tersebut didampingi kuasa hukumnya, M. Sholeh.
Polisi memeriksa Taufik bersama tiga rekannya sejak pukul 13.30 hingga 15.30. Sholeh menuturkan, mereka ditanya soal perizinan acara dan tempat, komposisi acara, hingga pelibatan sejumlah unsur dalam drama kolosal tersebut. “Acara itu terselenggara berkat kerja sama antar pekerja seni,” kata Sholeh.
Dalam pemeriksaan itu kliennya menyebutkan, sudah ada peringatan berkali-kali agar warga tak naik ke area viaduk. Namun, peringatan tersebut tidak dihiraukan.
Taufik menyatakan sudah bersurat ke Polrestabes Surabaya untuk proses perizinan. Namun, bentuknya berupa surat undangan. “Kami undang semuanya. Polrestabes juga hadir,” ungkapnya. Saat ditanya lebih lanjut mengenai surat izin keramaian dan surat balasan dari polrestabes, pria yang akrab disapa Cak Monyong itu menyatakan bahwa pihaknya tidak terlalu birokratis. “Ini kan acara kita bersama,” kilahnya.
Penyelenggara juga tidak mencantumkan estimasi jumlah penonton kepada pihak berwajib. Alasannya, pertunjukan tersebut tanpa tiket alias gratis. Taufik juga tidak menyangka bahwa penonton bakal membeludak tiga kali lipat dari gelaran sebelumnya. Penonton yang hadir Jumat lalu diperkirakan mencapai 20 ribu orang. “Kalau di viaduk itu sudah di luar kemampuan kami. Sudah kami teriaki berkali-kali agar turun,” ujarnya.
Saat acara serupa digelar tahun lalu, sebenarnya juga banyak warga yang menonton dari viaduk. Namun, saat itu tidak ada kereta api yang melintas. “Sudah ada bantuan pengamanan dari TNI, linmas, dan provos, tapi masih belum bisa meng-cover semua area secara menyeluruh,” papar Taufik.
Sementara itu, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran menyatakan, penyelidikan berfokus pada kecelakaan di viaduk. Jika ditemukan unsur kelalaian penyelenggara, proses hukum terus berlanjut. Namun, dia enggan berandai-andai lebih jauh. Apalagi, pihak penyelenggara, aparat keamanan, maupun warga sekitar sudah berkali-kali mengingatkan penonton tersebut agar turun dari viaduk. “Makanya, kami panggil Saudara Taufik dan panitia lain untuk mencari penjelasan,” terang dia.
Sementara itu, ada juga sejumlah pihak yang menuding polisi kecolongan. Sebab, untuk acara sebesar itu, personel pengamanan yang dikerahkan hanya sedikit. Sebagai perbandingan, untuk konser musik di stadion atau pertandingan Persebaya, polisi selalu mengerahkan 2.000 personel.
Nah, kemarin Kapolrestabes Surabaya Kombespol Rudi Setiawan menyebutkan bahwa pihaknya menerjunkan 300 personel. “Jika ada yang bilang kami kecolongan, ya silakan. Kami memang sering jadi kambing hitam jika ada apa-apa,” kata orang nomor satu di jajaran kepolisian Surabaya tersebut.
Sementara itu, pemkot menyatakan bahwa insiden tersebut di luar kewenangan mereka. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan, tidak ada pemberitahuan secara resmi kepada pemkot tentang kegiatan tersebut. Biasanya, jika ada event besar semacam itu, pemkot diundang dan ada koordinasi terkait dengan rekayasa lalu lintas. “Tapi, tidak ada surat pemberitahuan atau izin. Sudah saya cek mulai camat, asisten, sampai Sekda, tidak ada yang tahu,” jelas Risma setelah upacara Hari Pahlawan kemarin.
Dia juga menegaskan, pemkot tidak bisa menjamin adanya santunan bagi keluarga korban. Hingga kemarin, baru pemprov yang menyatakan bisa memberikan santunan atau bantuan. Pemkot hanya berfokus pada perawatan korban yang masih berada di rumah sakit. Sebab, ada beberapa korban yang masih kritis dan membutuhkan operasi. “Yang jelas, kami akan rawat sampai tuntas. Tapi, kalau santunan, ya kita lihat uang kita, saat ini nggak ada cash,” lanjutnya.
Risma juga menolak berspekulasi soal kemungkinan penyelenggaraan tahun depan. “Saya tidak bicara soal tahun depan. Yang jelas, kita bicara soal penyelesaian tahun ini. Fokus ke penanganan korban,” katanya.
Di sisi lain, Pemprov Jatim menyatakan belasungkawa atas insiden itu. Gubernur Soekarwo menyatakan bahwa pemerintah provinsi akan menanggung seluruh biaya pengobatan korban luka dan menyantuni keluarga korban yang meninggal.
“Saat ini pendekatannya adalah kemanusiaan dan mencari solusinya,” katanya setelah renungan suci berlangsung. “Untuk korban meninggal dunia mendapat Rp 10 juta. Semua nanti ditanggung,” imbuhnya.
Soekarwo menyampaikan agar tidak mencari siapa yang salah dan yang benar, melainkan segera mencari solusi atas insiden itu. Bagi Soekarwo, insiden tersebut murni kecelakaan.
Soekarwo juga tidak mempermasalahkan tercantumnya logo pemprov di pamflet publikasi drama kolosal tersebut. “Secara resmi, tidak ada kaitan kerja sama dengan Pemprov Jatim. Tapi, saya tidak mempermasalahkan karena masih dalam rangka ulang tahun Jatim,” papar dia.
Bagi Soekarwo, kegiatan tersebut merupakan apresiasi seni yang harus didukung karena murni partisipasi masyarakat. Melihat animo masyarakat yang tinggi untuk melihat langsung drama kolosal Surabaya Membara, Soekarwo meminta penyelenggaraan tahun selanjutnya lebih memperhatikan tingkat keamanan. Bukan hanya untuk penonton, tapi juga pemain drama kolosal. “Keinginan untuk melihat itu tidak bisa dilarang. Mereka juga ingin merasakan,” kata dia.
Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Jatim Aries Agung Paewai menyatakan, dana untuk acara drama kolosal Surabaya Membara tidak berasal dari pemprov. Dia menyampaikan, tahun lalu pemprov menganggarkan dana untuk kegiatan tersebut. Namun, tahun ini tidak ada anggaran. “Kami sudah cek ke semua UPD dan biro kesos (kesejahteraan sosial, Red). Karena ada aturan untuk tidak memberikan dana bantuan berturut-turut kepada lembaga yang sama,” tuturnya.
(mir/via/deb/hay/zam/c11/oni)
Kategori : Berita Nasional
Sumber : https://www.jawapos.com/jpg-today/11/11/2018/panitia-sudah-kami-teriaki-berkali-kali-agar-turun