Anomic Bisa Memicu Pembunuhan Anggota Keluarga
Berita hari ini– Jagat negeri ini sedang digemparkan dengan dua peristiwa tewasnya satu keluarga. Kedua insiden memilukan itu terjadi di Palembang, Sumatera Selatan; Kabupaten Samosir Sumatera Utara.
Pada dua kejadian itu, kuat dugaan sang kepala keluarga yang menjadi pelaku pembunuhan. Sebelum akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
Dalam ilmu psikologi, pembunuhan oleh anggota keluarga dikenal sebagai familicide. Banyak hal yang bisa memicu familicide itu terjadi.
Psikolog asal Sumatera Utara Irna Minauli memberikan penjelasan singkat soal perilaku itu. Pelaku familicide umumnya dipicu masalah dalam kondisi pernikahan. Mulai kekerasan dalam rumah tangga hingga gangguan jiwa.
“Mereka yang mengalami depresi cenderung melihat masalah dari sudut pandangnya sendiri. Lalu beranggapan bahwa anggota keluarganya yang lain juga mengalami masalah, sehingga kematian merupakan jalan keluarnya,” jelas Direktur Minauli Consulting itu, Jumat (26/10).
Selain itu, pelaku juga bisa dikatakan punya perilaku anomic. Menilik pemikiran Emile Durkheim, anomic adalah kekacauan dalam diri individu.
Irna sendiri lebih memilih untuk mengambil intisari dari pemikiran David Wilson. Dia menyampaikan, pelaku bisa saja beranggapan bahwa keluarga merupakan status simbol bagi dirinya. “Sehingga ketika mengalami masalah keuangan atau masalah keluarga akan membuat mereka merasa gagal,” ungkapnya.
Faktor lainnya, mereka yang merasa kecewa (disappointed type). Mereka membunuh lantaran kecewa atas kehidupan berkeluarga yang tidak berjalan sesuai harapan.
Tipe ketiga adalah mereka yang merasa memiliki alasan untuk pembenaran diri (self-righteous) untuk membunuh keluarganya sebagai balas dendam atas apa yang dilakukan anggota keluarga lainnya. “Terakhir adalah tipe paranoid. Mereka beranggapan bahwa mereka membunuh keluarganya sebagai upaya untuk melindungi dari kondisi yang lebih buruk,” urainya.
Irna menambahkan, pelaku pembunuhan dalam keluarga umumnya adalah laki-laki. Jika pada kasus dimana pelakunya perempuan, maka biasanya yang menjadi korban adalah anak-anak. Pelaku perempuan biasanya memilih untuk tidak menghabisi nyawa pasangannya. “Pada kasus perempuan sebagai pelaku, umumnya dipicu oleh post-partum depression (depresi pasca melahirkan),” tambahnya.
Pelaku familicide biasanya susah ditebak kepribadiannya. Mereka punya pandangan sendiri tentang fungsi keluarga. Jika itu tidak berjalan, maka mereka akan depresi.
“Kondisi depresi inilah yang sebenarnya menjadi pemicu. Mereka juga sering berpikiran bahwa kehidupan anak-anak akan lebih buruk kalau dirinya tidak ada. Itu sebabnya mereka kemudian beranggapan bahwa demi menyelamatkan masa depan anak-anaknya maka lebih baik jika mereka juga dihabisi,” paparnya.
Sebelumnya diberitakan, satu keluarga di Kabupaten Samosir ditemukan tewas. Ibu dan dua anaknya ditemukan bersimbah darah di dalam kamar. Sang ayah juga tewas dengan luka sayat di pergelangan tangannya.
Selain di Samosir, peristiwa serupa terjadi di Palembang. Satu keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan dua orang tewas mengenaskan di rumahnya Jalan Said Toyib, Komplek Villa Kebun Sirih, Kelurahan Bukit Sangkal, Kalidoni, Blok A 18, Palembang, Rabu (24/10). Keempatnya ditemukan tewas dengan luka tembakan. Empat selongsong peluru ditemukan, termasuk revolver yang diduga digunakan oleh pelaku.
(pra/JPC)