Setelah 8 Bulan, Kota Malang Alami Deflasi

Wikimedan – Selama bulan Januari hingga September, Kota Malang baru pertama kali mengalami deflasi. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, deflasi pada bulan september terjadi sebesar 0,31 persen.

Terjadinya deflasi di Kota Malang ini, disebabkan penurunan harga sejumlah kebutuhan pokok. Seperti daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah, gula pasir, wortel dan bawang putih.

Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kota Malang, Dwi Handayani Prasetyowati mengatakan, dari 8 kota di Jawa Timur, Malang menjadi kota nomor tiga yang mengalami deflasi. Pertama dialami Banyuwangi dengan deflasi 0,49 persen dan disusul Probolinggo sebesar 0,32 persen.

“Secara umum seluruh kota di Jawa Timur terjadi deflasi,” ujarnya, Senin (1/10).

Dwi menyampaikan, Kota Malang akhirnya mengalami deflasi setelah sebelumnya 8 bulan mengalami inflasi. Menurutnya, hal itu dikarenakan harga beberapa kebutuhan mengalami penurunan. “Harga-harganya cukup terkendali. Daging ayam ras kemarin tinggi, sekarang turun. Malang (sebelumnya) inflasi cukup tinggi, sekarang masyarakat seneng dengan harga yang turun,” paparnya.

Selain itu lanjut dia, Kota Malang juga mengalami deflasi terendah selama kurun waktu 8 tahun terakhir, secara year on year (YoY).

Dwi mengungkapkan, pada bulan Oktober nanti, pihaknya memprediksi Kota Malang akan kembali mengalami inflasi. Namun, inflasi yang terjadi tidak terlalu tinggi. “Kalaupun naik tidak terlalu tinggi. Semoga pasokan pangan selalu ada, sehingga harga tidak naik,” kata dia.

“Di Oktober biasanya panennya agak jarang. Yang perlu diwaspadai adalah stok. Kalau (stok) terjamin, harga akan terkrndali,” ujarnya.

Pada Oktober tahun 2017 lalu, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,02 persen. Diharapkan pada Oktober ini, nilai inflasi juga tidak terlalu besar.

(fis/JPC)