Upaya Pemerintah Kota dalam Mengurangi Dampak dari Risiko Bencana
Wikimedan – Pariaman adalah salah satu kota di Indonesia yang berada di pinggir pantai. Bahkan kota ini memiliki garis pantai sepanjang 12,7 km. Kondisi itu membuat Kota Pariaman sangat berpotensi terhadap ancaman risiko tsunami.
Mengantisipasi risiko tersebut, kota yang dikenal dengan makanan Sala Lauak itu mengotimalkan peranan dan kesadaran masyarakat terhadap kesiagaan dan kewaspadaan bencana. Hal itu diungkap oleh Wakil Walikota Pariaman Mardison Mahyuddin saat membuka sosialisasi Sekolah Lapang Geofisika 2019.
Sekolah yang digelar oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) itu menghadirkan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, sebagai salah satu pembicara.
Lebih jauh Mardison menyatakan, sekitar dua per tiga penduduk Kota Pariaman rentan terhadap bahaya bencana tsunami. Berkaca bencana Aceh 2004, setiap gempa yang terjadi wilayah Sumatera, titiknya kerap berjarak dekat dengan Kota Pariaman. Tidak sedikit juga gempa yang terjadi itu disertai dengan potensi tsunami.
“Dalam rangka pengurangan risiko bencana, Kota Pariaman telah berupaya berbuat. Mengingat tingginya risiko bencana gempa tsunami dan bencana lainnya yang mengancam wilayah Kota Pariaman,” ujar Mardison, Rabu (19/6).
Wakil Wali Kota Pariaman Mardison Mahyuddin (dua dari kiri bawah) berfoto bersama dengan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono usai membuka Sekolah Lapangan 2019 di Kota Pariaman, Rabu (19/6). (Ist for Wikimedan)
Upaya itu dalam bentuk penanggulangan bencana yang terdiri atas tiga tahapan. Yakninya, pra-bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.
Sementara untuk pengurangan risiko bencana, Pemko Pariaman pun telah melakukan beberapa program kegiatan mitigasi bencana. Di antaranya melakukan pengukuran ketinggian daerah serta mempublikasikannya, membuat peta evakuasi, membangun serta memperbaiki ruas jalan yang mendukung akses evakuasi, dan melakukan simulasi tanggap bencana.
Tidak hanya dari pemerintah daerah (pemda), respons terhadap tanggap darurat bencana itu menumbuhkan kesadar dari masyarakat. Mereka membentuk organisasi dan lembaga penanggulangan bencana berbasis masyakarat, forum mesjid peduli bencana Kota Pariaman, forum pengurangan resiko bencana (FPRB).
Organisasi yang peduli terhadap tanggap bencana itu kini jumlahnya mencapai 1.400 orang. Semuanya tersebar di 71 desa. Kelompok-kelompok itupun mendapat perhatian pemda untuk diberikan pelatihan kerelawanan siaga bencana.
Adapun Sekolah Lapang Geofisika 2019 di Kota Pariaman itu berlangsung dua hari, yakni Rabu (19/6) hingga Kamis (20/6).