Berita Nasional

Tak Ada Aspal, Ekstremnya Jalan Menuju 16 Desa di Kabupaten Kampar

Indodax


Wikimedan – Sebanyak 16 desa di Kecamatan Kampar Kiri dan Kampar Kiri Hulu, tak merasakan manisnya saat berkendara di jalanan aspal. Sebab, sebagian besar jalan di desa tersebut merupakan jalan tanah. Jika hujan akan berlumpur dan bila panas akan berdebu.

Hal itu sudah dirasakan sejak tahun 1982 silam. Masyarakat yang mayoritas mencari nafkah dari hasil kebun dan nelayan harus terisolasi akibat jalan utama sepanjang 14 kilometer yang menghubungkan desa-desa tersebut rusak parah.

Bahkan, fasilitas kesehatan seperti ambulans, puskesmas maupun rumah sakit tidak ada di desa mereka. Seperti halnya di Desa Sungai Rambai, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Terkadang, jika ingin pergi berobat masyarakat disana lebih memilih ke provinsi tetangga, Sumatera Barat (Sumbar).

Tak Ada Aspal, Ekstremnya Jalan Menuju 16 Desa di Kabupaten Kampar
Jalan utama di menuju 8 desa di Kecamatan Kampar Kiri, Riau, tampak berlumpur bahkan berubah jadi sungai saat banjir. (Virda Elisya/ Wikimedan)

“Rumah sakit jauh disini, kalau mau ke rumah sakit ya paling rental mobil orang. Kemarin ibu saya sakit dibawa pakai mobil rental, ke rumah sakit di Sumbar karena lebih dekat kan 3 jam aja bisa sampai,” kata Zulhendri Kepala Dusun IV, Desa Sungai Rambai, Rabu (14/11).

Di desanya, masyarakat masih bergantung hidup dengan sungai sebagai jalur transportasi dan kehidupan sehari-hari. “Kalau bawa sawit atau kayu olahan kami masih di sungai pakai sampan,” sebutnya.

Hal itu dikarenakan jauhnya jarak yang ditempuh dengan menggunakan transportasi darat seperti sepeda motor atau mobil. Untuk keluar dari desa menuju ke Lipat Kain saja, butuh waktu hampir 2,5 jam. Itupun jika cuaca sedang bagus, kalau tidak butuh waktu yang lebih lama lagi.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Desa IV Koto Singkai. Saat memasuki musim penghujan, maka jalanan disana akan berlumpur. “Saat ini kondisi desa kami sama sekali tidak bisa dilewati. Jika bisa lewat, hanya bisa menggunakan alat berat seperti eskavator bantuan perusahaan,” kata Sulaiman Kades Koto Singkai.

Di Kecamatan Kampar Kiri, ada 8 desa yang harus merasakan buruknya akses jalan. Selain itu, 8 desa lainnya berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Sulaiman menyebut, para warga desa sudah berupaya meminta bantuan kepada pemerintah setempat dan Pemerintah Provinsi Riau agar jalan dapat disemenisasi. Namun nyatanya, upaya itu hingga kini belum membuahkan hasil.

Selain susahnya mencapai fasilitas kesehatan, harga bahan pokok di desa-desa inipun menjadi mahal. “Kami tak punya pilihan lain. Karena jika harus keluar itu sangat sulit. Motor, mobil tak bisa masuk. Harus menggunakan alat berat atau mobil truk besar meski tak dijamin bisa melintas,” sebutnya.

Persoalan jalan rusak di Kampar Kiri dan Kampar Kiri Hulu terus mencuat setiap tahun, terutama saat musim penghujan tiba. Sulaiman mengatakan dari total 26 kilometer jalan utama desa tersebut, sebagian memang telah diaspal. Namun, sepanjang 14 kilometer lainnya masih dalam kondisi tanah yang pada saat musim hujan tiba dengan mudah akan berubah menjadi tanah lunak seperti bubur.

Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Kampar Adi Chandara mengakui bahwa, memang saat ini jalan-jalan di desa tersebut rusak parah. Tetapi pemerintah tak dapat berbuat banyak sebab status sebagian jalan merupakan kawasan Margasatwa Rimbang Baling.

“Ya harapannya agar Pemprov dalam hal ini Gubernur Riau dapat menjembatani persoalan tersebut sehingga ribuan warga di 16 desa itu bisa keluar dari isolasi selama puluhan tahun itu,” harapnya.

(ica/JPC)


Kategori : Berita Nasional

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *