Berita Nasional

Sinyal-sinyal Kenaikan Harga BBM Pertalite Makin Santer

Indodax


Wikimedan.com – Sinyal-sinyal Kenaikan Harga BBM Pertalite Makin Santer. Sinyal-sinyal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak 9BBM) khususnya jenis BBM RON 90 atau Pertalite dan Solar Subsidi semakin santer terdengar. Pemerintah sepertinya memang sudah tak tahan lagi menahan harga kedua jenis BBM itu.

Kelihatannya, pemerintah mau tidak mau akan menambah kuota BBM Pertalite dan Solar Subsidi yang saat ini sekarat, secara otomatis jika ada penambahan maka akan ada tambahan subsidi yang saat ini saja sudah mencapai RP 502,4 triliun.

Jika tidak mau ada tambahan subsidi salah satu sinyal yang dilemparkan pemerintah adalah pembatasan konsumsi dan juga kenaikan kedua harga BBM tersebut.

Yang terbaru, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa pada pekan ini, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan terkait dengan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis BBM Pertalite.

Sejatinya, kata Luhut, APBN Indonesia sudah terlalu besar untuk menanggung biaya subsidi BBM khusus penugasan seperti Pertalite dan juga Solar Subsidi.

“Minggu depan Presiden akan mengumumkan terkait apa dan bagaimana mengenai harga BBM ini. Jadi presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikin, karena harga BBM kita jauh lebih murah di kawasan asia ini, dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita,” ungkap Menko Luhut dalam Kuliah Umum Menko Marves di Universitas Hasanudin, Jumat (19/8/2022).

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), menyebut pemerintah tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan. Pemerintah, kata dia, akan melakukan kalkulasi sebelum memutuskan harga BBM subsidi seperti Pertalite.

Presiden Jokowi mengemukakan keputusan terkait harga bensin subsidi perlu dipikirkan dengan matang. Baik dari sisi waktu maupun besaran. Jokowi tak ingin, keputusan yang diambil pemerintah justru memberikan beban lebih kepada masyarakat, khususnya yang kurang mampu. “Dampaknya jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga,” kata Jokowi.

Saat ini, Jokowi menegaskan belum memutuskan apakah akan menaikkan harga BBM subsidi atau tidak. Namun, ia telah menginstruksikan kepada jajarannya untuk melakukan kalkulasi secara mendalam. “Harus dihitung juga menaikkan inflasi yang bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi semuanya saya suruh menghitung betul hitung betul sebelum diputuskan,” tegas Jokowi

Wakil Presiden Maruf Amin menyampaikan persoalan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan solar masih dibahas dalam internal pemerintah. Sehingga belum ada keputusan akan ada kenaikan atau tidak.

“Ini sedang dipikirkan, masih dalam pembahasan. apakah akan dinaikan atau tidak,” ungkapnya lewat akun Youtube Wakil Presiden RI, dikutip Senin (22/8/2022).

Sampai Juli 2022 ini, kuota BBM Pertalite tersisa 6,2 juta Kilo Liter (KL) dari kuota sampai akhir tahun yang mencapai 23 juta KL. Sementara untuk konsumsi Solar subsidi hingga Juli 2022 sudah mencapai 9,9 juta KL dari kuota tahun ini sebesar 14,91 juta KL. Dengan begitu, maka sisa kuota Solar subsidi hingga Juni tinggal 5,01 juta KL.

Nah, kuota tersebut diprediksi habis pada pertengahan Oktober ini. Mau tidak mau pemerintah harus bertindak secepatnya baik itu pembatasan atau penambahan kuota.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan, subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun di tahun ini sudah terlalu besar. Jika jitambah lagi tentu akan membuat APBN menjadi tekor. “Sekarang pemerintah sedang menjajaki opsi-opsi kalau APBN-nya cukup berat,” tegas Susiwijono, Senin (15/8/2022).

Opsi penambahan subsidi energi menurut Susiwijono adalah hal yang tidak mungkin dilakukan, mengingat tahun depan APBN sudah harus kembali defisit di bawah 3%. Oleh karena itu, opsi yang paling memungkinkan adalah dengan menaikkan harga energi di dalam negeri, salah satunya harga BBM Pertalite.

“Supaya gap-nya tidak terlalu tinggi antara harga jualnya, dengan harga keekonomian kan tinggi sekali tuh, dari Rp 7.000 dengan Rp 17.000 (per liter). Solar dari Rp 5.000 dengan Rp 18.000, kan jauh. Kita sedang menghitung apakah perlu opsi kenaikan harga. Kemarin Bu Menkeu (Sri Mulyani Indrawati) sudah menyampaikan,” jelas Susiwijono.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR juga tidak setuju dengan adanya tambahan subsidi. “Tidak ada penambahan subsidi, pilihan yang bisa ditempuh pemerintah adalah menaikkan harga energi yang disubsidi dengan mempertimbangkan dampak inflasi dan daya beli rumah tangga miskin,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (15/8/2022).

“Banggar DPR tidak akan mengubah alokasi subsidi energi pada tahun ini. Banggar DPR juga telah lama menyarankan kebijakan reformasi kebijakan subsidi energi. Sebaiknya pemerintah segera menjalankan kebijakan reformasi subsidi energi,” paparnya.

Mengingat tidak disetujuinya penambahan kuota maupun subsidi, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan harus ada penyesuaian harga Pertalite. “Kalau memang gak ada alokasinya (penambahan) itu, ya kita harus sesuaikan (harga Pertalite), iya dong kalau gak naik gimana?” kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (15/8/2022). “Kita yang terbaik buat negara supaya ke depannya (negara bertahan), harga minyak mentah aja gak turun turun ya to,” kata dia.

Sinyal kenaikan harga BBM sejatinya telah dilontarkan oleh Menteri Investasi atau Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia. mbahasan rencana kenaikan harga BBM ini juga dilakukan di tengah keputusan Badan Anggaran (Banggar) DPR yang menolak adanya penambahan subsidi melalui tambahan kuota BBM Pertalite dan Solar Subsidi.

“Saya menyampaikan sampai kapan APBN kita akan kuat menghadapi subsidi yang lebih tinggi, jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang feeling saya harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi,” kata Bahlil di Gedung Kementerian Investasi, Jumat (12/8/2022).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto membeberkan, bahwa harga Pertalite sesuai dengan keekonomian seharusnya Rp 13.150 per liter. Sementara Pertamax keekonomian mencapai Rp 15.150 per liter.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *