Senator Asal Papua Duga Ini Penyebab KKB Lakukan Pembantaian
Wikimedan – Peristiwa pembantaian pekerja jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, kabupaten Nduga, Papua masih menyisakan misteri. Insiden yang menewakan puluhan orang itu belum diketahui pasti motif di baliknya.
Wakil Ketua Komite II DPD RI asal Papua, Carles Simaremare memiliki dugaan sendiri atas penyebab kasus ini terjadi. Dia mempertanyakan pendekatan perusahaan pelaksana proyek kepada masyarakat lokal. Pasalnya berdasarkan pengalamannya tinggal puluhan tahun di tanah mutiara hitam, rakyat lokal tidak pernah menganggu rakyat sipil yang bekerja selama mereka tidak berulah dan melakukan pendekatan yang baik.
“Kadang kala mereka (pemilik proyek, Red) tidak tahu situasi di sana (Papua, Red) langsung kirim pekerja. Di sana ada budaya buang pinang dulu ke para-para pinang. Apakah mereka sudah lakukan pendekatan itu,” ujar Carles di kantor DPD RI Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (6/12).
Menurut Carles, di Papua ada budaya lokal yang mengharuskan seorang pendatang untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan masyarakat setempat sebelum mengerjakan suatu proyek. Hal ini supaya masyarakat tahu apa yang sedang dikerjakan sehingga tidak ada timbul kecurigaan.
Selain itu, Carles pun menilai pelibatan pekerja lokal belum terlaksana dengan baik. Hal itu tentu memancing kecemburuan sosial antara warga lokal dengan pekerja pendatang.
“Libatkan mereka (warga lokal, Red) apa yang bisa dilakukan mereka mungkin mereka dari sisi SDM tidak bisa, tapi memikul barang, mengangkut bisa. Tapi kita dengar hampir dari mereka tidak dilibatkan dalam pekerjaan proyek itu,” imbuhnya.
Lebih lanjut senator asal Papua itu menduga bahwa kabar pengambilan foto upacara peringatan Papua Merdeka itu tidak bisa sepenuhnya dipercaya. Ia yakin ada masalah lain di balik itu sehingga terjadinya insiden berdarah ini.
“Itu yang tadi kita maksud 1 Desember (hari peringatan Papua Merdeka, Red) pemotoan itu hanya pintu masuk, tetapi sudah ada beberapa mungkin yang mereka anggap menjengkelkan, pekerja itu hanya pelampiasan,” jelasnya.
Dugaan itu muncul pasalnya selama dia tinggal di Papua, rakyat di sana tidak pernah menganggu proses pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Karakteristik masyarakat lokal disebut mudah menerima orang baru selama mendapat kejelasan maksud dan tujuannya.
Meski demikian, Carles memandang bahwa insiden ini harus tetap diselesaikan sesuai hukum yang berlaku. Mengingat apapun alasannya, pembunuhan tidak pernah dibenarkan.
“Kejadian itu kita tidak tahu persis penyebabnya, tapi apapun alasannya itu kita tidak benarkan kejadian itu.
karena itu korban sudah berjatuhan adalah rakyat sipil yang membangun daerah Papua,” tandasnya.
(sat/JPC)
Kategori : Berita Nasional