Berita Nasional

Pengungsi di Makassar Sulit Diawasi

Indodax


[ad_1]








Wikimedan Gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Khususnya warga Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi. Mereka pun terpaksa mengungsi ke tempat lain. Salah satu tempat pengungsian korban gempa dan tsunami ada di Kota Makassar. Namun di sana, keberadaan mereka sulit untuk diawasi.







Awalnya, para pengungsi di konsentrasikan di sejumlah lokasi di Makassar. Antara lain di Asrama Haji Sudiang (AHS), Kota Makassar. Berdasarkan data Dinas Sosial (Dinsos) Sulsel, ada 582 pengungsi yang tinggal di sana hingga Rabu (17/10) kemarin. Angka itu menurun dibanding data awal pada 29 September lalu yang mencapai 3471 jiwa.







Sebagian besar pengungsi memilih tinggal di rumah kerabatnya di luar Makassar. Kondisi itulah yang membuat petugas kepolisian kesulitan untuk mendata keseluruhan pengungsi yang keluar dari AHS.







“Pengungsi yang terkonsentrasi di AHS setiap hari kami lakukan penjagaan dan pengawasan. Bahkan kami data. Yang terkumpul di dalam situ lebih mudah pengawasannya. Karena banyak juga yang diambil kerabat atau keluarga dan dibawa ke tempat-tempat lain. Ini sulit untuk dilakukan pengawasan,” kata Wakapolrestabes Makassar AKBP Hotman Sirait saat memberikan keterangan di Makassar, Kamis (18/10).







Situasi tak terdatanya sejumlah pengungsi diperparah dengan kejadian pemerkosaan yang menimpa seorang bocah berusia 7 tahun. Pengungsi asal Kecamatan Palu Barat, Kota Palu itu tak terdata secara resmi di AHS. Oleh orang tuanya, bocah kelas 1 SD itu dititipkan di rumah kerabatnya di kawasan Kompleks Bumi Permata Sudiang (BPS), kecamatan Biringkaya, Makassar.







Menurut Hotman, pengawasan dan pendataan keluar masuknya para pengungsi di Makassar akan menjadi perhatian khusus. Polsek-polsek jajaran Polrestabes Makassar diinstruksikan untuk lebih aktif berkoordinasi. Baik dengan aparatur pemerintahan setempat seperti lurah dan camat hingga ke tingkatan RT/RW.








Hal itu akan berguna dalam melakukan pengawasan dan pendataan warga-warga pendatang yang diambil keluarga ataupun kerabatnya. Khususnya mereka yang berstatus sebagai pengungsi dari Sulteng.








“Kami mendorong ke Kkpolsek-kapolsek, mendetail lagi ke Babinkamtibmas, Babinsa untuk bersinergi memberikan pengawasan dan pengamanan. Pendataan warga-warga di rumah-rumah keluarganya. Kalau ada pendatang dilaporkan, untuk memudahkan proses pengawasan dan pengamanannya. Perlu ada perhatian khusus di situ,” jelasnya.







Di sisil lain, Polrestabes Makassar telah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan kemanusiaan. Seperti pembekalan mental dan fisi terhadap seluruh pengungsi. “Hampir tiap hari, kami lakukan trauma healing dari polwan-polwan jajaran kami. Kami terus lakukan itu untuk seluruh pengungsi di sana,” tambahnya.







(rul/JPC)


[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *