Teknologi

Pengamat: Samsung Harus Fokus Di Smartphone Harga ‘Terjangkau’ Untuk Bisa Bersaing

Indodax


Jakarta, Wikimedan – Berdasarkan data Canalys di kuartal IV-2020, Brand Vivo dan Oppo menjadi pemimpin di pasar ponsel Indonesia. Sementara Samsung, terperosok di posisi 5 kalah jauh dengan para kompetitornya yang rata-rata berasal dari China.

Canalys dalam laporanya untuk kuartal IV-2020, mencatat Vivo berhasil mendominasi ponsel pintar di Indonesia dari sisi pengiriman (shipment). Pangsa pasar Vivo mencapai 25%, peringkat kedua ada Oppo dengan pangsa pasar 24%.

Pengamat gadget, Lucky Sebastian menjelaskan kepada Wikimedan, untuk pasar smartphone flagship, atau smartphone dengan harga Rp7-8 juta ke atas, Samsung di Indonesia memang belum ada lawan.

“Tetapi di mid-range dan budget, pasar ponsel Indonesia banyak pilihan dari merek lain, yang menawarkan harga menarik dan spesifikasi yang bagus. Terlebih juga jumlah terbesar dari porsi smartphone yang paling dicari di Indonesia itu kelas terjangkau. Namun Samsung terlihat sedang coba mencari racikan produk yang pas, yang tidak kalah menarik dari brand lain, di sisi harga dan spesifikasi yang dihadirkan,” tuturnya, Senin (15/2).

Langkah menakar pasar smartphone Indonesia, yang diambil Samsung belakangan juga tampak sedang diramu. Lucky menambahkan katagori smartphone mid-range pabrikan berbasis di Seoul, Korea Selatan itu cukup banyak dikeluarkan. Lalu beberapa seri diketahui berubah, baik dari sisi harga jauh lebih menarik, spesifikasi yang ditawarkan juga bersaing, dan beberapa tipe sangat diterima oleh pasar. Kemudian tak ketinggalan ada juga seri M yang semakin bagus, dan hanya dijual melalui jalur online.

Namun yang agak kurang ditawarkan Samsung tahun lalu itu menurutnya adalah variasi dari seri budget, Rp2 juta ke bawah, sementara vendor lain sangat kuat di range harga ini.

“Dan Range harga ini lah yang sebenarnya berkontribusi besar terhadap market share. Kemudaian secara timeline, produk Samsung mid-range dan budget kurang merata, di kuartal awal hadir dengan banyak tipe, tetapi sedikit tipe di kuartal akhir. Tapi sepertinya sekarang Samsung sudah bisa membaca apa yang diminta konsumen Indonesia. Kemungkinan kuartal tahun ini posisinya akan lebih baik, karena kita lihat seperti Galaxy A12 yang diluncurkan di awal tahun sangat diminati, namun sulit dicari,” katanya.

Kemudian hal yang juga menarik pada laporan ini ialah Realme sebagai pendatang baru malah mampu mengeser Samsung, dan meringsek masuk ke posisi keempat. Pada kuartal IV-2020 pengiriman smartphone Samsung di Indonesia diketahui merosot 45% dan berada di peringkat kelima. Padahal pada kuartal III-2020 pangsa pasar mencapai 15%, dan berada di peringkat keempat dengan penurunan pertumbuhan pengiriman smartphone anjlok 34%.

Melihat hal tersebut, Lucky menceritakan secara produk dan harga jika Samsung mementingan market share, memang harus fokus di mid-range dan budget.

“Kelas ini secara profit memang tidak sebaik kelas flagship, tapi secara jumlah pengguna besar. Secara perusahaan yang juga membuat komponen smartphone dari SoC, layar, sensor kamera, hingga memory, menghadirkan produk andal dengan spesifikasi tinggi dan harga bersaing sepertinya bukan langkah yang sulit untuk Samsung, tetapi sepertinya bukan itu pilihan mereka,” terangnya.

Dan gaya marketing dan enduksi yang diambil Samsung juga berbeda, tidak seagresif hingga membanding-bandingkan spesifikasi dan harga jual saat launcing, dan hanya fokus pada produknya saja.

“Gaya marketing yang tidak agresif, mungkin kurang mengena di kategori kelas bawah, tetapi memang membawa citra perusahaan. Mungkin Samsung bisa men tune in sedikit di sisi ini, untuk lebih bisa klik dengan kategori konsumennya,” tandasnya.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *