OJK: Dalam Pipeline Ada 75 Penawaran Umum Senilai Rp 31,84 T
Wikimedan.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, animo perusahaan untuk mencari pendanaan dari pasar modal terus meningkat meski di masa pandemi. Tren ini diharapkan terus meningkat pada tahun ini.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, sampai 25 Januari 2022, telah terdapat 7 penawaran umum (saham dan obligasi) dengan nilai penawaran Rp 4,9 triliun.
“Saat ini terdapat 75 penawaran umum dalam proses pipeline dengan nilai total kita perkirakan Rp 31,84 triliun,” ujarnya dalam raker bersama Komisi XI DPR-RI, Kamis (27/1/2022).
Wimboh memaparkan di depan anggota parlemen bahwa di pasar modal, meski di tengah pandemi yang masih berlangsung namun kinerja pasar modal mempunyai perkembangan yang sangat pesat.
Per 26 Januari 2022, IHSG menguat ke 6.600,82 naik cukup besar apabila dibandingkan dengan sebelum pandemi. Pada 2021, investor non residen mencatat net buy di pasar saham senilai Rp 37,97 triliun.
“Di sisi demand, investor ritel terus menunjukkan antusiasme dengan jumlah investor yang mencapai 7,5 juta investor di Desember 2021, naik 93% yoy didominasi ritel yang umurnya di bawah 30 tahun. Ini berkah bagi kita karena iklim investasi sudah tumbuh di kaum milenial,” ujarnya.
Ia melanjutkan, transaksi domestik hingga akhir 2021 masih cukup tinggi dan juga semakin meningkat. Selain itu, raising fund di pasar modal juga meningkat cukup drastis mencapai Rp 363,28 triliun atau tumbuh 206% yoy dibandingkan dengan 2020.
“Pada 2020 hanya Rp 118 triliun dari 56 emiten baru. Optimisme ini juga kami harapkan akan berlanjut di 2022,” ujarnya.
Sementara itu, di pasar surat utang masih volatile karena ada sentimen hawkish dari the Fed yang menyebabkan yield US Treasury meningkat, akibatnya timbul tekanan di pasar surat utang terutama di emerging market.
“Namun kinerja emiten sampai dengan kuartal III 2021 mulai menunjukkan pemulihan sebagaimana terlihat pada likuiditas emiten, DER dan interest coverage ratio yang umumnya telah membaik,” jelasnya.
Wimboh mengatakan perbaikan kinerja emiten ini tentu disambut baik, namun masih ada beberapa isu yang harus dihadapi seperti belanja modal emiten non infrastruktur yang belum pulih.
“DER di sektor infrastruktur dan properti masih tinggi dan beberapa isu ini akan kami coba dukung dari sektor jasa keuangan agar dapat kita atasi bersama sehingga pertumbuhan ekonomi kita berjalan baik ke depan,” paparnya.