Market Share Cuma 0,8%, Samsung Tutup Pabrik Ponsel di China

Jakarta, Wikimedan – Samsung mengungkapkan rencana untuk menutup salah satu fasilitas manufaktur ponsel di Tianjin, China pada akhir tahun ini. Keputusan tersebut terpaksa diambil karena para pesaing domestik terus memakan pangsa pasarnya.
Raksasa asal Korea Selatan itu, mengatakan bahwa langkah penutupan pabrik di Tianjin merupakan keputusan sulit. Namun hal itu harus dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan efisiensi pada fasilitas produksi secara berkelanjutan.
Seperti dilaporkan Reuters, pabrik tersebut menampung sedikitnya 2.600 pekerja. Namun fasilitas manufaktur lain milik Samsung di kota Huizhou, provinsi Guangdong, sebelah selatan Cina masih akan tetap beroperasi.
Keputusan penutupan pabrik di Tianjin, sejalan dengan laporan yang berkembang pada Agustus lalu. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Samsung kemungkinan akan membuat berbagai langkah drastis khususnya di pasar China, terkait terus menurunnya pendapatan dari divisi mobile yang sebelumnya menjadi lumbung perusahaan.
Langkah ini juga muncul seiring meningkatnya biaya tenaga kerja dan komponen di China. Serta dampak dari ketegangan politik global yang semakin menekan vendor yang beroperasi di negara tersebut.
Dalam lima tahun terakhir, Samsung menghadapi persaingan yang ketat dari vendor-vendor China. Empat pemain teratas (Huawei, Oppo, Vivo, dan Xiaomi) terus merangsek bagai air bah. Membuat peta dan pangsa pasar berubah drastis dalam waktu terbilang singkat.
Di sisi lain, chaebol Korsel itu, juga tak kuasa membendung penurunan penjualan dari berbagai line up Galaxy, terutama smartphone kelas menengah dan high end.
Menurut laporan South China Morning Post, dalam dua tahun terakhir, tak satupun ponsel Galaxy besutan Samsung berhasil masuk daftar 10 ponsel terlaris di China.
The Electronic Times mencatat fasilitas manufaktur di Tianjin menghasilkan 36 juta ponsel per tahun, setengah output dari pabrik Huizhou. Dua fasilitas Samsung lainnya di Vietnam bertanggung jawab untuk gabungan 240 juta perangkat setiap tahun.
Meski telah menutup salah satu pabrik di negara itu, Samsung tetap menekankan pentingnya China, mengingat negara ini merupakan pasar smartphone terbesar di dunia.
“China tetap menjadi pasar yang penting bagi Samsung dan kami secara aktif berpartisipasi dalam kebijakan di China dengan mendorong pertumbuhan komponen industri,” jelas representatif Samsung.
“Kami akan terus memberikan produk dan pelayanan terbaik untuk konsumen di China serta berkontribusi untuk komunitas lokal,” imbuhnya.
Menurut kajian perusahaan riset Canalys, Samsung adalah satu-satunya vendor smartphone yang mencatat penurunan pengiriman global selama Q3, dengan penurunan 14 persen. Pangsa pasar vendor yang identik dengan warna biru itu, juga menurun dari 22% di Q3 2017 menjadi 20,4% dalam periode terakhir.
Sementara itu, pesaing Cina yang dimotori Huawei, Xiaomi dan Oppo, sukses melipatgandakan penjualan. Bahkan dua vendor terakhir, memegang pangsa pasar tertinggi dari pengiriman smartphone global pada Q3-2018.
Sebelum kebangkitan vendor-vendor domestik, Samsung merupakan pemain dominan di China. Menurut catatan Strategy Analytics, pada 2011 pangsa pasar Samsung di China sebesar 12,4%. Kemudian melonjak menjadi 19,7% pada 2013.
Namun, pencapaian Samsung pada tahun-tahun berikutnya menjadi anti klimaks. Pada 2015, pangsa pasar vendor asal negeri Ginseng itu langsung anjlok menjadi 7,6%. Pada kuartal pertama 2017, amblas lagi menjadi 2,7%. Di kuartal terakhir 2017, market share Samsung tinggal tersisa 0,8%.
Kategori : Berita Teknologi