LG Prediksi Cetak Rekor Laba, Namun Bisnis Smartphone Masih Merugi
[ad_1]

Jakarta, Wikimedan – Vendor asal Korea Selatan LG Electronics merilis hasil awal untuk kuartal ketiga 2018. Perusahaan memprediksi laba operasi melompat hingga 44,4 persen tahun ke tahun ke KRW745,5 miliar (USD658 juta). Kenaikan laba tersebut didorong oleh permintaan yang kuat untuk TV dan segmen peralatan.
Dalam sebuah pernyataan menyangkut panduan laba, perusahaan mengatakan mereka mengharapkan pendapatan konsolidasi untuk periode Juni hingga September meningkat 1,3 persen menjadi KRW15,4 triliun, sebuah rekor untuk kuartal ketiga dibanding periode yang sama tahun lalu.
Namun LG mengatakan bahwa hasil rinci untuk masing-masing divisi baru akan diumumkan pada akhir bulan ini.
Meski berpotensi mencetak rekor laba, Reuters melaporkan kerugian operasi dari divisi mobile-nya, yang meningkat 33 persen tahun ke tahun di Q2 menjadi KRW185.4 miliar. Kerugian tersebut diperkirakan turun dari tahun lalu, mengutip data dari perusahaan produk keuangan Refinitiv.
Ketika bisnis aksesori tidak disertakan, LG telah kehilangan banyak pendapatan dari unit smartphone, karena selama 14 kuartal berturut-turut divisi ini terus merugi.
Menurut kantor berita Yonhap, meski masih menelan kerugian, LG berusaha untuk membalikkan keberuntungannya dengan peluncuran smartphone teranyar, yakni LG V40 ThinQ. Smartphone yang menyasar pasar high end ini telah resmi diluncurkan minggu lalu.
Sementara itu, pesaing tradisional LG, Samsung pun memperkirakan laba operasi Q3 sekitar KRW17.5 triliun. Meningkat 20,4 persen tahun ke tahun dan rekor tertinggi kuartalan. Penjualan konsolidasi yang dibukukan Samsung diperkirakan akan meningkat 4,8 persen menjadi KRW65 triliun.
Namun seperti halnya LG, Samsung belakangan semakin kedodoran di bisnis smartphone. Chaebol Korea itu tak kuasa menahan gempuran para pesaing yang menggerus market share-nya.
Hingga Q3-3018, divisi smartphone Samsung mengalami penurunan hingga 20 persen tahun-ke-tahun pada pendapatan kuartal kedua, terutama disebabkan oleh rendah penjualan yang diharapkan dari Galaxy S9 dan S9 Plus.
Permintaan kedua smartphone di pasar high-end itu, kini cenderung stagnan di tengah kompetisi yang ketat dengan Apple dan Huawei. Padahal selama bertahun-tahun, seri high end menjadi salah satu penyumbang laba bagi Samsung.
Hal yang sama juga terjadi di segmen menengah ke bawah. Samsung tak kuasa membendung agresifitas vendor-vendor China seperti Oppo, Vivo, dan Xiaomi.
Samsung masih mempertahankan peringkat pertama di Q2-2018 meskipun pangsa pasar yang diraih turun menjadi 20,4 persen. Menurut data yang data yang dilansir dari Strategy Analytics, Samsung hanya mampu mengirimkan 71,5 juta unit pada periode itu.
[ad_2]