Teknologi

Laba Axiata Group Turun 45 Persen

Indodax


Jakarta, Wikimedan – Tak dapat dipungkiri, kinerja operator di berbagai belahan dunia kini tengah dalam tekanan. Transisi komunikasi dari konvensional ke digital, telah membuat layanan data menjadi key driver. Sayangnya, pendapatan dari data umumnya masih dibawah basic service (SMS dan voice).

Hal itu pula menimpa Grup Axiata. Kelompok usaha asal Negeri Jiran itu melaporkan penurunan pendapatan di Q3-2018, dengan hasil beragam pada sejumlah anak perusahaan. Tercatat di sepanjang kuartal tersebut, terdapat penurunan tajam dalam laba bersih dan perubahan valas.

Dalam laporan resmi, Axiata Group mengumumkan, laba bersih turun 45 persen tahun ke tahun menjadi MYR132 juta (USD31,5 juta). Perusahaan mengatakan penurunan itu disebabkan sejumlah faktor.

Diantaranya, karena penguatan signifikan dari ringgit Malaysia terhadap semua mata uang regional, penurunan nilai dan biaya transaksi terkait dengan rencana penggabungan Idea Cellular dengan Vodafone India, serta penyesuaian karena perpindahan standar akuntansi baru. Pendapatan grup konsolidasi juga dilaporkan turun 3,2 persen menjadi MRY6 miliar.

Presiden dan CEO Grup Axiata Jamaludin Ibrahim, mengatakan bahwa perusahaan mengalami tantangan secara signifikan dari penguatan ringgit dan penyusutan mata uang regional.

Hal ini berdampak pada pinjaman dalam dolar AS dan pembayaran dividen kepada kelompok yang terkena dampak oleh mata uang di anak-anak perusahaan, karena depresiasi yang lebih cepat dibandingkan ringgit.

Dalam sembilan bulan hingga akhir September 2018, perusahaan mengatakan program optimalisasi biaya mencapai MYR1,3 miliar. Perusahaan menargetkan untuk setahun penuh mencapai MYR1,4 miliar.

Secara lebih rinci, kinerja anak-anak perusahaan Axiata Group bervariasi. Celcom yang berbasis di Malaysia mencatat peningkatan 10 persen tahun ke tahun dalam pendapatan menjadi MYR1.81 miliar. Total basis pelanggan turun 4,5 persen menjadi 9,23 juta. ARPU campuran naik 4,3 persen menjadi MYR48. Penggunaan data rata-rata melonjak menjadi 13,1 GB pada kuartal ini dibandingkan 7,2 GB di Q3 2017.

Berbeda dengan Celcom, anak perusahaan Axiata di Indonesia yakni XL, terus menghadapi tantangan. Tercatat, total pendapatan perusahaan yang identik dengan warna biru itu, menurun hampir 2 persen menjadi Rp5,87 triliun ($ 406 juta) di Q3. ARPU campuran jatuh 8,6 persen menjadi Rp32.000, dengan ARPU prabayar juga anjlok 13,3 persen.

Namun pendapatan data menyumbang 64 persen dari total omset, naik dari 59 persen di Q3 2017. Hal ini menunjukan transformasi digital perusahaan berjalan dengan baik.

Di sisi lain, XL menambahkan 3,71 juta pelanggan hingga akhir September dengan 53,9 juta. Pelanggan prabayar juga naik 2 persen, terhitung 98 persen dari total. Sedangkan pos dibayar meningkat 51 persen.

Anak perusahaan lain yang berbasis di Srilanka, yakni Dialog mampu membukukan peningkatan 12 persen dalam pendapatan menjadi SLR27.95 miliar (USD155 juta).

Namun kinerja Dialog tak mampu diikuti Robi. Pendapatan Robi di Bangladesh tercatat datar di BDT17.5 miliar (USD209 juta). Begitu pun pendapatan Ncell yang beroperasi di Nepal turun 3 persen menjadi NPR14,1 miliar (USD124 juta).

Di luar anak perusahaan yang menjadi service provider, Axiata juga melaporkan kinerja unit infrastruktur, yakni edotco. Perusahaan ini tercatat mampu meningkatkan kinerja di Q3-2018. Tercatat, pendapatan perusahaan meningkat 4,1 persen menjadi MYR404 juta.

Kategori : Berita Teknologi

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *