Kisah 7 Peternak Sapi Sukses dari Nol dan dari Modal
Menjadi peternak sapi adalah profesi yang menggiurkan. Daftar pengusaha disini menghasilkan uang jauh lebih besar daripada sarjana yang kerja kantoran.
Daging sapi menjadi daging primadona dalam banyak olahan makanan. Baik masakan tradisional maupun internasional. Tak heran jika banyak yang berternak sapi.
Di antara para peternak sapi itu, ada sejumlah peternak sapi yang sukses dalam usahanya. Baik sukses jual beli sapi maupun sukses jual beli daging, susu, atau kulit sapi. Mereka adalah:
Daftar Pengusaha dan Peternak Sapi Sukses
Langsung saja, mari kita bahas satu persatu. Jika ada yang terlewat boleh anda tambahkan di komentar
1. Pak Mat Aji Lampung, Punya 800 sapi meski lulusan kelas 4 SD
Sejak tahun 80-an, Mat Aji telah akrab dengan dunia peternakan sapi. Ia bekerja sebagai buruh sapi. Tidak lama setelah itu, di tahun 1988, Mat Aji akhirnya bisa mandiri memiliki sapi sendiri.
Awalnya memang hanya 10 ekor sapi selama kurun waktu 2 tahun saja. Lama-kelamaan sapinya bertambah berlipat-lipat. Hingga akhirnya Mat Aji menjelma jadi juragan sapi.
Menjadi juragan sapi bukan semata-mata menginginkan keuntungan saja. Mat Aji juga ingin sapi di Lampung meningkat jumlahnya. Sapi-sapi yang diternakkan Mat Aji beragam.
Ada sapi limosin, sapi Bali, sapi Simental, sapi Ongole dan masih banyak lagi. Tahukah anda, sedikitnya ada 20 jenis sapi potong di Indonesia dan pak mat aji memelihara beberapa jenis itu.
Kisah Mat Aji juga bisa Anda lihat di sini
2. Haji Doni Pemilik Mall Sapi Depok, beromset 30 M sebulan
Pernahkah anda melintas di jalan akses UI saat menjelang idul adha, sebelah kiri jalan ada mall sapi. Iya mall yang benar benar jual sapi, bukan tas kulit.
Mall ini menyediakan berbagai jenis kebutuhan kurban, mulai dari sapi sampai kambing.
Pak Romdoni, atau dikenal dengan nama Haji Doni adalah pemilik mall ini. Mall tersebut hanya buka saat menjelang idul adha, di waktu yang lain mall akan berubah menjadi showroom mobil bekas.
Sebagaimana dikutip SWA, pak Doni pernah tertipu dan rugi 700 juta rupiah di tahun 1989/1990. Penjualan 100 ekor sapinya tidak dibayar sepeserpun.
Pak Doni akhirnya bersedekah dengan menjual sedannya seharga 4,2 juta lalu dibagikan ke 3 anak yatim. Beberapa bulan kemudian Pak Doni dipercaya menjual 300 ekor sapi. Kerugiannya 300 juta bisa kembali dalam waktu 1 tahun.
Pak Romdoni pedagang sapi dari nol
Sepuluh kilogram daging sapi adalah modal jualannya yang pertama yang berhubungan dengan peternakan sapi. Daging ini pun bukan berasal dari peternakan sapinya sendiri, melainkan berasal dari upah menimba air yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit. Uang tersebut lalu dibelikannya daging.
Setelah mendapat daging, ia tak lanjut berjualan daging di lapak pribadinya. Ia berjualan di emperan toko dan pinggir jalan di Kota Depok. Selama berjualan di pinggir jalan, ia sering sekali harus berhadapan dengan sejumlah orang yang mengusirnya.
Kemudian pada saat ia berusia 17 tahun atau tepatnya 2 tahun setelah berdagang dengan cara memprihatinkan seperti tadi, Haji Doni akhirnya bisa punya tempat khusus untuknya berjualan daging. Ia memperoleh modal sebesar 7,5 juta rupiah dari berjualan daging yang kemudian ia putar lagi dengan membeli 10 ekor sapi. Di akhir tahun 70-an, Haji Doni berhasil menguasai pasar daging sapi di Depok.
di tahun 1989 atau 1990, sebagaimana kami beritakan tadi, Pak Doni bangkrut.
Kini jumlah sapinya sudah mencapai puluhan ribu ekor sapi dengan omset rata-rata 30 miliar rupiah per bulan.
3. Farada Harahap Mantan Pengusaha Tambang Jadi Peternak Sapi
Tidak semua peternak sapi dari kalangan miskin, Kita harus sadar, memang ada pemodal besar yang juga bermain di bisnis ini. Contohnya pak farada harahap ini.
Dahulu Farada sangat lekat dengan bisnis tambang. Bauksit memang menjadi lahan pegangannya dalam jangka waktu yang sangat lama. Keputusan untuk menjadi peternak sapi bukanlah keputusan mendadak karena sudah lelah dalam bisnis tambang dan dia lebih menyukai ternak sapi.
Investasi yang Farada gelontorkan untuk usaha peternakan ini tidak tanggung-tanggung mencapai 3 miliar rupiah sebagaimana dilansir antara. Modal awal ini beliau gunakan untuk membeli tanah dan sapi. Sementara, untuk karyawan yang akan membantunya di peternakan ia datangkan dari para pekerjanya di pertambangan bauksit dulu.
Menurut Farada, beternak sapi harus berani mengambil resiko. Berani membuka lahan yang luas, siap pakan terbaik, perawatan terdepan, strategi, dan siap rugi. Farada juga melakukan sejumlah kerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti pengusaha tahu yang berada di Bintan Tanjungpinang dan dokter hewan terdekat.
Selama melakukan usaha ini, Farada sangat mandiri. Dia bahkan tidak memerlukan bantuan pemerintah. Malah ternak-ternaknya dijadikan bahan percobaan kawin suntik.
4. Mita Kopiyah : Pemenang Tour Sapi Perah ke Belanda
Tidak semua pengusaha sapi yang sukses adalah laki laki. Ibu Mita kopiyah contohnya.
Pengusaha satu ini dulunya memelihara sapi potong. setelah melihat tetangganya berhasil dengan sapi perah maka bu Mita Kopiyah pun banting setir.
Bersama suaminya bu Mita mempunyai 15 ekor sapi perah dengan kapasitas susus 15liter/hari. Ibu dari wojo, tulungagung ini menjadi 1 dari beberapa orang yang di berangkatkan ke belanda oleh Frisian Flag (produsen susu bendera) ke Belanda untuk melihat praktek ternak sapi perah di sana.
Bu mita menjadi peternak sapi bukan karena tiba tiba, ini tidak lain adalah karena ayah ibu mita adalah peternak sapi potong. Ibu mita yang mengambil jalur sapi perah kini telah membuktikan kesuksesannya.
5. Sutomo Peternak dan Penjual Sapi dari Pati
Modal usaha pertama kali yang Haji Sutomo keluarkan kurang dari 1 juta rupiah. Selebihnya ia memanfaatkan modal pengalaman yang ia miliki sewaktu bekerja sebagai belantik sapi atau penyedia jasa penjual sapi. Kini, ia mengaku bisa menjual 100 lebih sapi dalam satu hari.
Anda tentu bisa membayangkan berapa omset yang ia dapatkan, bukan?
Sapi kereman adalah usaha yang Sutomo pilih sendiri dari modal awal yang ia miliki. Sutomo membeli sejumlah pedet atau anak sapi yang kemudian ia pelihara dengan cara kereman (penggemukan) tadi. Lima sampai enam bulan menjadi waktu yang cukup bagi sapi untuk selanjutnya dijual.
Harga satu ekor pedet berkisar antara 1,2 sampai 1,3 juta rupiah per ekor. Setelah 6 bulan, harga sapinya naik sampai 8,5 juta rupiah per ekor. Haji Sutomo saat ini sudah memiliki 500 ekor sapi di Desa Dukuhmulyo dan 1000 ekor sapi di Gunungwungkal.
Pakan yang dipakai Sutomo untuk menggemukkan sapi diantaranya rumput gajah dan konsentrat.
6. M Sholeh: Dari tukang Tambal Ban sampai Sapinya dibeli presiden
Siapa Sangka, Muhammad Sholeh yang waktu diliput berumur 55 tahun ini adalah mantan tukang tambal ban dan bersih bersih terminal.
sumber gambar : kompas.com
Pengusaha satu ini termasuk beruntung, pasalnya presiden Jokowi dan beberapa pejabat membeli sapi di tempatnya.
Sapi Limosin seberat 1,4 ton menjadi bagian pak presiden pada tahun 2019.
M Sholeh yang memiliki 100 ekor sapi dan 4.000 ekor kambing ini dibantu 19 bekerja untuk mengurus kandangnya di gresik maupun lamongan.
7. Apep : Residivis yang sukses menggemukkan Sapi
Semua orang berhak sukses, apapun latar belakangnya.
sumber gambar : detik.com
Apep pernah masuk bui saat masih remaja. Ia menikmati udara bebas saat berusia 18 tahun. Setelah bebas dia mulai belajar berdagang ke pamannya.
Sukses berdagang daging sapi, Apep makin tinggi hati dan akhirnya terjerumus rugi dan hutang yang dalam.
Meski demikian apep bangkit lagi. ia mulai dengan memelihara sapi orang lain di rumahnya. Karena tidak punya kandang maka sapi dimasukkan ke dalam dapur, ia menjalani ini selama 2 tahun.
Apep akhirnya ikut kontes sapi dan menang. Apep kemudian menjadi supplier ke perusahaan penjual sapi. Perusahaan tersebut akhirnya bangkrut dan apep sekarang yang meneruskan menjual sapi ke customer perusahaan tadi.
Sungguh beruntung nasib apep. Saat idul adha ia mampu mengirim sampai 500 ekor sapi.
Siapakah favorit anda? apakah belum kami masukkan ke list ini, silahkan seratakan di komentar ya