Jokowi: Hari Santri Sebagai Penghormatan Kepada Kiai
[ad_1]
Wikimedan – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri apel akbar santri nusantara yang diadakan di Benteng Vastenburg, Solo, Sabtu (20/10) malam. Jokowi hadir bersama ibu negara Iriana Joko, dan juga cucunya Jan Ethe Srinarendra.
Selain itu, terlihat pula menteri kabinet kerja juga Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo dan sejumlah pejabat lainnya.
Dalam sambutannya, Jokowi menyampaikan, bahwa penetapan Hari Santri merupakan bentuk penghormatan, penghargaan, dan rasa terima kasih negara kepada para kiai, alim ulama, santri, dan seluruh komponen bangsa yang mengikuti tauladan para kiai dan alim ulama.

SALAT BERJAMAAH: Puluhan ribu santri dan santriwati mengikuti salat magrib berjamaah di dalam Benteng Vastenburg, Solo, Sabtu (20/10). (Ari Purnomo/Wikimedan)
“Sejarah mencatat peran besar para kiai, alim ulama dalam menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menjaga Bhineka Tunggal Ika. Dan selalu memandu ke jalan kebaikan, jalan kebenaran, ke jalan kemajuan,” terangnya di hadapan puluhan ribu santri dari berbagai provinsi di Indonesia.
Mantan Wali Kota Solo itu juga mengatakan, bahwa menjadi santri adalah menjadi Islam yang cinta bangsa dan menjadi pribadi muslim yang religius. Santri yang mempunyai akhlak yang baik sekaligus nasionalis. Hal ini sebagaimana ditauladankan oleh para ulama dan para kiai.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga mengagumi sikap dari para alim ulama dan kiai. “Saya sangat paham pada sikap kebangsaan para kiai dan santri. Di saat mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit, mereka meletakkan kepentingan bangsa yang utama yang sesuai dengan tradisi kesantrian,” terangnya mengagumi.
Presiden mengaku sangat bersyukur Bangsa Indonesia dipandu oleh tradisi kesantrian yang sangat kuat. Tradisi penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada sesama manusia. Menjunjung tinggi pada prinsip hablu minallah dan hablu minnanas. Yang memaknai cinta tanah air sebagai bagian dari iman.
“Saya tahu santri tidak sulit mencintai agamanya, dan mencintai bangsanya. Bahkan mencintai agama dan bangsa itu dilakukan secara bersama,” ungkapnya.
(apl/JPC)
[ad_2]