Berita Nasional

Jadi Gubernur Jabar, Kapan Kang Emil ke Parungpanjang?

Indodax


[ad_1]






Wikimedan – Sudah hampir dua pekan Ridwan Kamil menjabat sebagai gubernur di Jawa Barat (Jabar). Hadirnya mantan Wali Kota Bandung itu di provinsi bagian barat Jawa itu menjadi harapan besar bagi warga perbatasan. Terutama mereka yang berbatasan dengan ibu kota Jakarta atau yang menjadi bagian dari Jabodetabek.





Salah satunya harapan dari warga Parungpanjang, Kabupaten Bogor. Kecamatan ini bersebelahan langsung dengan Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten. Tapi nasib warga di sana sangat memiriskan dan jauh dibandingkan Kota Bandung ataupun Kota Bogor.





“Kalau Kota Bogor disebut kota hujan, di sini kota debu,” ungkap Suhanda, 38, salah seorang warga Parungpanjang kepada Wikimedan, Sabtu (22/9).


Jadi Gubernur Jabar, Kapan Kang Emil ke Parungpanjang?

Truk-truk yang kosong akan mengambil muatan galian tambang di daerah Jasinga dan Sudamanik, Kabupaten Bogor. (Ilham Safutra/Wikimedan)





Pernyataan Suhanda itu merupakan ungkapan keluh kesah warga setempat yang tidak tahan dengan kondisi daerah yang penuh dengan kepulan debu. Sebab di sebuah jalan raya yang melintang di Parungpanjang ini dilintasi setiap hari oleh ribuan truk pengangkut material tambang galian C. Berupa tanah, batu kali, pasir, dan sejenisnya.





Jalan yang melintang itu menghubungi dua kabupaten dan dua provinsi. Di jalan tersebut ribuan truk melintas setiap harinya dari arah Kecamatan Jasinga dan melintas ke arah Parungpanjang hingga ke Kecematan Legok, Kabupaten Tangerang.





Jika dari arah Legok jalan tersebut bernama Jalan Raya Parungpanjang. Namun setelah di wilayah Parungpanjang, namanya menjadi Jalan M Toha dan Jalan Sudamanik. Di sepanjang jalan itu terdapat depo atau pangkalan persingahan truk pemuatan pasir atau batu galian C.






Semua truk itu memuat material dan melintas di jalan raya Parungpanjang, kendaraan itu mencemarkan jalan. Di sepanjang jalan, debu-debu hinggap ke hidung orang. Saking banyak truk melintas setiap hari dan setiap jam, rumah-rumah di pinggir jalan itu dindingnya sangat berdebu tebal. Bahkan kantor pelayanan publik di sana, seperti Markas Polsek, Markas Koramil, Puskesmas, dan Kantor Camat tidak indah lagi dipandang. Lebih tebal debu dari pada warna catnya.






Pada Jumat (21/9) malam, warga Parungpanjang bergejolak. Mereka nyaris berbuat anarkistis. Hal itu dipicu adanya sebuah kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan seorang warga meninggal dunia secara mengenaskan. Korban yang merupakan warga Perumnas 2 Parungpanjang itu diketahui mengendarai sepeda motor. Dia terlintas truk pengangkut material tambang galian yang tidak mampu mengendalikan laju kendaraannya.





Atas kejadian itu warga setempat pun sempat memblokade jalan dan men-sweeping setiap truk yang melintas. Saking emosinya warga, anggota polisi dari Polsek Parungpanjang pun harus turun dan mengamankan warga.





Kata Suhanda, kecelakaan itu bukan yang pertama. Melainkan sudah kesekian kalinya. Bahkan tiga minggu terakhir sudah ada delapan orang kehilangan nyawa akibat melintas di Jalan raya Parungpanjang. “Enam korban terjadi di Malang Nengah (Tangerang), dua di Parungpanjang,” sebut ayah satu anak itu.





Semua kecelakaan itu rata-rata akibat bersenggolan dan tertabrak truk pengangkut material galian tambang. Kecelakaan yang sering berujung dengan maut itu, akibat dari truk pengangkut material galian membawa muatan di atas kapasitasnya. Bak truk tidak pernah ditutup sehingga pasirnya mudah jatuh menjadi sumber polusi udara.





Selain itu pengemudi truk pengangkut tambang itu kerap sopir tembak. Wigianto, 40, warga Parungpanjang lainnya menyebut banyak masyarakat melihat sopir truk pengangkut tambang itu berusia muda. Mereka mengemudi sangat emosional dan tidak sabar.





Buktinya ketika berpapasan dengan kendaraan lebih kecil terutama sepeda motor, truk itu tidak pernah mengalah. “Malah truk ini semakin ngebut. Padahal lebar jalan sangat sempit. Hal itu membuat pengendara sepeda motor mudah kaget dan hilang kendali,” terang Wigiyanto.





Dia menuturkan, hampir tidak pernah warga mendapatkan udara bersih. Sebab truk yang melintas hampir tidak ada hentinya. Terutama di siang hingga malam hari.
“Kalau pagi dari pukul enam sampai sembilan intensitas truk melintas memang rendah. Setelah itu truk akan melintas tiada henti,” beber pria yang biasa disapa Wigi itu.





Sementara itu, Ismardi selaku Ketua RT 2 RW 12, Desa Parungpanjang menuturkan, warga Parungpanjang sudah berkali-kali protes ke kecamatan dan desa. Mereka minta solusi ke aparatur pemerintah soal debu yang menyelimuti Parungpanjang dan truk yang melintas tanpa memikirkan keselamatan pengendara lainnya dan penjalan kaki.





Hampir bertahun-tahun agar Jalan Raya Parungpanjang atau Jalan M Toha ini dilakukan rekayasa lalu lintas. Sebab kendaraan yang melintas tidak hanya truk, tapi ada juga mobil dan sepeda motor.





“Truk itu muatannya berlebihan. Hal itu yang mempercepat usia jalan. Meski jalan raya diperbaiki, usianya tidak akan pernah lebih lama dari setahun. Malahan lebih lama memperbaiki dari pada usia jadinya,” terang Ismardi.





Ketua RT itu menyebut, pemblokadean jalan Parungpanjang berlangsung cukup lama. Yakni dari Jumat (21/9) malam hingga Sabtu (22/9) siang. Warga pun menutup akses jalan dari arah Pagedangan atau Legok.





Penutupan itu terjadi di perbatasan Parungpanjang dengan Pagedangan. Tepatnya di jembatan yang menjadi daerah perbatasan antara Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Tangerang. Di jembatan itu juga terdapat portal besi. Portal itu sebagai pembatas kendaran yang melintas, terutama untuk truk.





Bahkan pantauan Wikimedan, Sabtu siang setiap truk yang datang dari arah Pagedangan diminta berbalik. Sopir truk tidak diperkenankan untuk melanjutkan perjalanan ke arah Parungpanjang.





Sebetulnya, kata Ismardi, warga sangat menaruh harapan besar kepada Gubernur Jawa Barat yang baru, Ridwan Kamil. Warga bertanya-tanya kapan Kang Emil melihat Parungpanjang. Sebab warga sudah lelah mengadu dan menyampaikan aspirasinya ke Bupati Bogor. Sebab hingga kini warga tidak bisa mendengar langsung respons dari bupati Bogor. “Siapa bupati sekarang kami tidak tahu. Sebab waktu pilkada kemarin belum jelas siapa yang menang dan dilantik pak gubernur,” kata Ismardi.





Yono, warga Parungpanjang lainnya mengaku tidak ingin Kabupaten Bogor terkenal karena bupati ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab kejadian itu pernah dialami ketika Bogor dipimpin Bupati Rahmat Yasin.





Diketahui masa jabatan Rahmat Yasin tidak berlangsung lama di Kabupaten Bogor. Hal itu karena dia ditangkap dalam sebuah operasi tangkap tangan (OTT) penyidik lembaga antirusuah pada 7 Mei 2014.





Di tempat lain, Kapolres Kabupaten Bogor AKBP AM Dicky ketika dikonfirmasi soal kecelakan lalu lintas di Jalan Parungpanjang, tepatnya jalan Lumpang belum memberikan jawaban. Pesan yang dikirimkan kepada Dicky pun belum dibalas.





Sementara itu Kanit Lakalantas Polres Bogor Iptu Asep Saepudin kepada wartawan membenarkan ada kecelakaan di Parungpanjang. “Benar,” ungkapnya. Namun Asep belum bisa merinci siapa identitas korban.





(iil/JPC)

[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *