Berita Nasional

Gunakan Hercules, TNI AU Evakuasi 1.000 Pengungsi dari Sulteng

Indodax


[ad_1]






Wikimedan – Pesawat Hercules dari TNI Angkatan Udara (AU) terus melakukan evakuasi para pengungsi dari Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) ke Malang.





Pada Selasa (2/10) petang, pesawat Hercules dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta kembali membawa pengungsi. Pesawat dengan nomor lambung A1318 itu, tiba di Lanud Abdulrachman Saleh dengan membawa sekitar 197 pengungsi. Mereka kebanyakan dari Malang, Jakarta dan Lamongan.





Copilot Hercules dari Skadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Lettu (Pnb) Frederickson Ika Pradana menjelaskan, awalnya mereka membawa 270 pengungsi dari Palu. Dua diantaranya dalam kondisi sakit.


Gunakan Hercules, TNI AU Evakuasi 1.000 Pengungsi dari Sulteng

Ratusan pengungsi yang berhasil keluar dari Palu. (Tika Hapsari/Wikimedan)





Kemudian, 73 diantaranya diturunkan ke Makassar. Sisanya melanjutkan perjalanan ke Malang. Usai tiba di Malang, pengungsi asal Malang dan Lamongan diantarkan menggunakan bus. Sementara yang dari Jakarta kembali diboyong ke Jakarta, setelah transit beberapa saat di Malang.





“Hari ini, TNI AU ada lima penerbangan dari Makassar. Kemudian di Halim ada dua pesawat tambahan,” kata Lettu (Pnb) Frederickson, Selasa (2/10) sebelum kembali ke Jakarta.





Sekali terbang, lanjutnya, Hercules mampu mengangkut sekitar 150 pengungsi. Sejak awal bencana hingga sekarang, lanjut Rickson, si burung besi itu sudah membantu 1.000 pengungsi keluar dari Palu.






“Selain ke Makassar, mereka juga banyak yang turun di Manado, Medan dan Jawa,” imbuh dia.






Soal jumlah pengungsi yang bisa diangkut oleh Hercules lanjut Rickson, tidak ada ketentuan baku dari TNI AU. Hanya saja disesuaikan dengan beban maksimal yang bisa diangkut pesawat.





Intinya, memastikan pesawat dapat terbang dengan aman tanpa mengangkut beban melebihi ketentuan.





“Ketentuan baku tidak ada, ditentukan dengan kondisi pesawat. Tentunya berbeda antara pengungsi yang ditandu, dengan kursi roda dan dibawa menggunakan ambulans,” imbuhnya.





Rata-rata pengungsi dalam kondisi lelah, kecapaian, menderita penyakit diare serta luka terkena benda tumpul akibat gempa.





“Paling kasihan itu ibu hamil yang tidak mendapatkan perawatan kesehatan layak karena fasilitas di sana sudah rusak. Akhirnya terpaksa dievakuasi ke Makassar atau kota terdekat untuk mendapatkan bantuan,” tegasnya.





(tik/JPC)


[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *