Gates Foundation Akan Bantu Indonesia untuk Beli Vaksin Murah
[ad_1]
Wikimedan – Pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank 2018 telah berlangsung selama enam hari di Bali. Sejumlah kesepakatan pun telah tercapai antara pemerintah Indonesia dan sejumlah mitra strategis.
Salah satunya, di bidang kesehatan, adalah keinginan Gates Foundation untuk membantu PT Bio Farma (Persero). Yakni dalam riset pengembangan vaksin yang bisa digunakan bukan hanya untuk pasar Indonesia, tapi juga seluruh dunia.
“Sehingga vaksin tidak hanya diproduksi negara Barat yang sifatnya monopoli. Indonesia dan India diharapkan mempunyai kapasitas, jadi harapannya bisa menjadi pemain dunia,” urai Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kemarin (13/10).

Menteri Keuangan Sri Mulyani menerima penghargaan Menkeu Of The Year di Nusa Dua, Bali, Sabtu (13/10) (FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS)
Selain itu, Melinda Gates melalui Gates Foundation akan membantu Indonesia agar bisa membeli vaksin yang murah untuk polio serta pneumonia. Sebab, Indonesia saat ini sudah dikategorikan negara maju jika dibandingkan dengan negara berpendapatan rendah.
Karena itu, Indonesia sudah tidak masuk dalam kelompok GAVI (Global Alliance for Vaccine and Immunization) atau kelompok yang mengelola program vaksinasi di seluruh dunia.
“Maka, Indonesia mungkin untuk vaksinnya bisa lebih mahal. Namun, melalui board-nya, mereka (Melinda Gates Foundation) meminta, meski Indonesia sudah graduate, tetap mendapatkan akses vaksinasi yang harganya jauh lebih murah,” ungkapnya.
Sebab, jika tidak masuk kelompok itu, Indonesia harus membeli vaksin seharga USD 18 per ampul. Sedangkan negara dalam kelompok tersebut bisa membeli vaksin hanya USD 3 per ampul. “Jika dalam lima tahun ke depan Bio Farma bisa membangun vaksinnya, harganya bisa kurang dari sepertiganya,” ucap Sri Mulyani.
Sementara itu, kemarin Komite IMF (IMFC) mendesak negara maju seperti Amerika Serikat (AS) tidak membuat keputusan perdagangan yang dapat memicu tensi perang dagang. Belakangan AS punya masalah dagang dengan Tiongkok. AS mengenakan bea masuk yang tinggi dan kemudian dibalas dengan aksi retaliasi dari Tiongkok. Hal itu menjadi sentimen negatif bagi perekonomian global.
(vir/rin/c9/ttg)
[ad_2]