Teknologi

Dibayangi Kegagalan Huawei, OnePlus Jajaki Pasar Amerika

Indodax


[ad_1]

Jakarta, Wikimedan – Vendor asal China, OnePlus menargetkan varian terbaru, OnePlus 6T dapat dijajakan di berbagai chanel penjualan pada 6 November 2018 di Amerika Serikat. Target tersebut hanya seminggu setelah peluncuran yang dijadwalkan berlangsung pada sebuah acara di New York City, 30 Oktober mendatang.

Dalam sebuah pengumuman resmi, perusahaan memberikan rincian tentang jadwal peluncuranb dan mengangkat slogan pemasaran Unlock the Speed. Kalimat tersebut menggantikan slogan ‘Speed you Need’, yang digunakan OnePlus untuk meluncurkan OnePlus 6.

Hal itu tampaknya menjadi referensi untuk fitur baru yang disebut layar buka kunci pada 6T melalui sensor sidik jari di-display. 6T akan menjadi smartphone OnePlus pertama dengan fitur tersebut. Kemudian, fitur kamera lensa ganda diharapkan tetap ada, sementara pembaca sidik jari layar akan menjadi fitur utama dalam spesifikasi.

Harga dan spesifikasi final belum diumumkan, tetapi sumber mengatakan kepada laman CNET pada Agustus lalu, bahwa perangkat terbaru tersebut kemungkinan berlabel US$ 550 di AS.

Laporan juga mengisyaratkan 6T akan menjadi handset OnePlus pertama yang ditawarkan melalui operator AS, T-Mobile AS, di samping saluran ritel terbuka, offline dan online. Namun sejauh ini pasar bundling lebih diminati vendor handset, karena lebih banyak konsumen membeli perangkat mereka melalui operator.

Ekspansi OnePlus 6T menandai kehadiran vendor China di AS, pasca pelarangan Huawei Mate 10 Pro oleh otoritas setempat pada akhir 2017.

Munculnya ketegangan politik karena sengketa dagang antar AS dan China sejak AS dipimpin Presiden Donald Trump, membuat vendor-vendor China kini tak lagi leluasa memasarkan produk mereka di negeri Paman Sam. Tidak jelas bagaimana, atau apakah, OnePlus akan dapat lolos dari hal yang sama.

Sejauh ini demi menghambat ekspansi perusahaan raksasa China, pemerintah AS telah mengeluarkan undang-undang yang melarang pemerintah dan kontraktor pemerintah menggunakan teknologi dari Huawei dan ZTE. Larangan yang mulai diberlakukan pada Agustus 2018 itu, adalah bagian dari National Defense Authorization Act, dan berlaku selama dua tahun ke depan.

[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *