Dear Pak Jokowi, Tol Laut Baik Tapi Masih Banyak Kurangnya
Wikimedan – “Di negara maritim ini, laut bukanlah pemisah daratan, melainkan pemersatu pulau-pulau,” kata Presiden Joko Widodo dikutip dari salah satu vlog-nya yang membahas tentang tol laut.
Dalam sebuah video blogger atau vlog milik Presiden yang diunggah dua tahun lalu, Jokowi mengatakan kalau semua jalur laut tersambung lewat tol laut barang-barang harganya akan sama.
“Tidak bisa semen di Sulawesi harganya Rp 70 ribu di Wamena Rp 800 ribu. Ini harus dirampungkan. Masalahnya apa? Infrastruktur,” kata Mantan Walikota Solo itu.
Sejatinya, tujuan dari program tol laut adalah menekan biaya tinggi dalam distribusi barang ke wilayah remote area. Tol laut yang dimaksud adalah membangun transportasi laut dengan kapal atau sistem logistik kelautan terjadwal, yang melayani tanpa henti dari Sabang hingga Merauke.
Namun, untuk saat ini, agaknya terlalu muluk-muluk jika mantan Walikota Solo itu menginginkan harga barang-barang bisa turun dengan mudah. Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan harga barang itu tidak bisa semata-mata dilihat dari tol laut.
Sebab, faktor penentu harga barang juga adalah perkara suplai dan demand serta jenis komoditas barang. Sesungguhnya, kata Yukki, konsep tol laut sudah baik. Hanya saja masih banyak yang perlu diperbaiki.
“Tol laut itu hal yang baik dan niatnya untuk mengurangi disparitas harga. Tapi menurut kami memang perlu ada penyempurnaan dalam hal di lapangan,” kata Yukki saat dihubungi Wikimedan di Jakarta, Minggu (9/10).
Adanya tol laut memang menciptakan daya saing moda transportasi yang digunakan. Namun, dari sisi perdagangan belum terlalu ada perubahan yang signifikan. Seharusnya, kata Yukki, penurunan dari sisi disparitas harga barang bisa terjadi bukan hanya ongkosnya saja.
Yukki mengatakan saat ini pola pengiriman barang semuanya ‘just in time’ sehingga kalau datanya satu bulan sekali, pemilik barang pun akan menunggu terlalu lama.
“Saat ini masih ada yang satu bulan sekali dalam beberapa titik,” kata Yukki.
Selain itu, lanjutnya, harga dari titik awal sampai titik akhir juga perlu diperbaiki. Pihaknya pun mengusulkan total tarif dari titik awal ke titik akhir dievaluasi menjadi tiga termasuk durasinya.
“Durasi waktu satu bulan itu terlalu lama artinya dari satu tujuan ke tujuan lain bahkan ada (pelabuhan) yang dikunjungi (hanya) satu kali dalam satu bulan,” terangnya.
Disamping itu, ia mengungkapkan akan lebih jika tol laut lebih fokus pada wilayah timur serta menempatkan hub baru untuk tol laut di wilayah timur seperti Ambon, Makassar atau bahkan di Pelabuhan Sorong. Atau ketiga pelabuhan itu dijadikan sebagai pengumpan.
Sejauh ini, ia mengaku sudah mendapatkan komitmen dari Kementerian Perhubungan. Namun, perlu adanya kolaborasi dari stakeholder lain seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian.
Ia pun juga mengaku menyambut baik usulan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dimana pemesanan barang bisa melalui online supaya pengirim dan penerima bisa terlacak secara online.
“ALFI akan mendukung dan mencoba untuk menawarkan program tersebut dan dapat dipergunakan,” ungkapnya.
(uji/JPC)
Kategori : Berita Nasional