Cerita di Balik Terombang-ambingnya Aldi di Perairan Guam, Jepang
[ad_1]
Terdamparnya Aldi Novel Adilang di laut lepas, perairan Guam, Jepang menyisakan banyak cerita. Apalagi dia harus berjuang selama 49 hari untuk bertahan hidup selama berada di atas rompong (rumah rakit lautan).
Ridel Palar, Reinaldo Rumlus, Minahasa Utara
Siang itu Aldi sedang tidak berada di rumah. Walau sudah pernah terdampar di laut lepas, ternyata tidak membuat ciut nyalinya untuk kembali ke laut.

Rompong (rumah rakit) yang ditumpangi Aldi saat terombang ambing di Perairan Jepang. (Facebook/KJRI Osaka)
“Aldi tidak berada di rumah. Dia sedang pergi melaut lagi. Belum tahu juga mau balik kapan,” ungkap Alvian Adilang, 49, ayah Aldi saat ditemui Manado Post (Jawa Pos Group).
Minggu (23/9) Manado Post menyambangi kediaman Aldi di Desa Langsa, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Hanya saja di minggu itu hanya ada ayahnya, Alvian. Rumahnya sederhana. Berbahan tripleks.
Meskipun putranya tidak berada di rumah, Alvian mampu menceritakan kisah anaknya ketika berjuang di tengah laut selama 49 hari. Perjuangan itu diungkapkan panjang lebar oleh Aldi setelah dia dipulangkan dari Jepang ke Minahasa. “Aldi jadi pencari ikan di tengah laut sejak dua tahun terakhir. Sejak dia masih berusia 16 tahun,” sebutnya.
Ketika lelaki 19 tahun itu bertahan hidup di tengah laut lepas. Dia harus berusaha sebisa mungkin untuk bertahan untuk bisa hidup. Kematian pun serasa di depan mata. Pasalnya, Aldi tidak berada di atas kapal besar, melainkan sebuah rakit berbentuk rumah.
Bila rakit itu terbalik digulung ombak. Harapan hidupnya semakin tipis. Sebab di tengah laut itu dia sering melihat hiu menampakkan diri. Hal itulah yang membuat berpikir kematian itu semakin dekat.
Sementara untuk bertahan hidup, Aldi memakan ikan hasil tangkapannya. Tidak peduli ikan yang dimakankan pun dalam kondisi mentah yang penting bisa mendapatkan energi. “Dia (Aldi) memotong kayu yang berada di rakit. Lalu memasak tetapi tak berlangsung lama, sehingga harus memakan ikan mentah,” cerita Alvian.
“Suatu ketika entah hari ke berapa, katanya dia sudah lemas dan kekurangan suplai air. Pada waktu stok air habis, dia mengakali untuk meminum air yang dicelupkan ke baju dan diminum untuk mengurangi rasa asin. Selanjutnya dia mendapatkan bisikan atau pendengaran berupa buat tempat penampungan dari bulu (bambu) karena akan hujan. Setelah Aldi selesai membuat tempat penampungan, keesokan harinya itu memang benar turun hujan,” sebut Alvian menirukan cerita Aldi.
Sementara itu, selama Aldi menghilang, sang keluarga sangat ketakutan dan pasrah. Mereka menduga Aldi telah meninggal di laut. Lantas kenapa Aldi bisa kembali ke tanah air, itu karena anugerah dari Tuhan. “Setiap hari dia berdoa dan baca firman Tuhan, karena di dalam rakit ada Alkitab,” tutur Alvian.
Kejadian aneh lainnya yang dialami Aldi yakni sebelum ditolong oleh nelayan lain di perairan Jepang. Ketika Aldi melihat ada ikan besar sedang menuntunnya mengikuti arus. “Namun ikan tersebut katanya hanya memiliki setengah badan. Karena takut terombang-ambing di laut, selain pemberat atau jangkar, Aldi membocori dua buah elpiji (tabung gas) untuk ditenggelamkan agar lebih berat dan tak terombang-ambing karena ombak,” kisahnya.
Selain melihat ikan setengah badan, Aldi juga melihat ikan-ikan besar yang dekat dengan rakitnya. Tetapi tak sedekat ikan setengah badan yang menuntunnya mengikuti arus.
Di sisi lain Alvian mengeluhkan sikap bos tempat Aldi bekerja. Sebab ketika mengetahui anaknya hilang, Alvian sempat memberi tahu ke bosnya. Ketika itu bosnya mengaku Aldi sudah di Filipina. “Tapi sebenarnya bos Aldi itu berbohong,” sebutnya.
Sementara Alvin bersama keluarga mendapat kabar pertama kali anaknya selamat yakni dari aparat Polsek Wori. Ketika itu aparat polisi itu pun berupaya menghubungkan Alvian dengan anaknya lewat aplikasi Skype.
Setelah Aldi pulang, Alvin dan keluarga sangat trauma. Mereka tidak mau anaknya kembali ke laut. “Saya bilang ke Aldi kalau melaut harus bersama teman-teman dan tidak sendirian di rakit,” ayah empat orang anak tersebut.
Sebagaimana diketahui, selamatnya Aldi setelah mendapat Japan Coast Guard (JCG) mendapat laporan dari kapal berbendera Panama MV Arpeggio bahwa ada orang yang menumpangi rakit terdampar di perairan sekitar Guam.
Usai dievakuasi diketahui, nelayan itu orang berkewarganegaraan Indonesia. JCG pun berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka.
Pada Kamis (6/9), menurut laporan JCG Aldi dibawa ke Tokuyama Jepang. Selanjutnya KJRI berkomunikasi dengan kapten kapal MV Arpeggio. Komunikasi itu untuk menghubungi pihak keluarga.
“KJRI langsung minta bantuan Polresta Manado juga untuk menghubungi keluarga karena mereka kesulitan mendapatkan nomor kontak keluarga korban,” jelas Kapolresta Manado Kombes Pol FX Surya Kumara.
(iil/jpg/JPC)
[ad_2]