Berita Nasional

BPPT Usulkan Lima Pesawat Baru untuk TMC

Indodax







Wikimedan Kebutuhan pesawat untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) masih belum mencukupi. Apalagi beberapa daerah meminta agar dilakukan TMC dalam waktu bersamaan. Untuk itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mengusulkan penambahan pesawat baru.





Pelaksana Harian (Plh) Kepala BPPT Wimpie Agoeng Nugroho mengatakan, sebenarnya saat ini tidak ada masalah dalam melakukan TMC. Namun pesawat milik BPPT tidak mampu mengcover jika di tempat lain TMC secara bersamaan.





“Ini yang jadi masalah. Jika tidak serentak maka tidak masalah,” kata Wimpie saat ditemui di Landasan Udara (Lanud) Sri Mulyono, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Sabtu (27/10).





BPPT memiliki 4 pesawat. 2 Pesawat di antaranya sudah tidak berfungsi lagi. Sedangkan 1 pesawat tengah diperbaiki sehingga belum dapat beroperasi. Artinya, sekarang hanya ada 1 pesawat yang dapat dioperasikan.





BPPT lantas mengusulkan untuk dilakukan penambahan pesawat sebanyak lima unit. Nantinya, satu pesawat mampu mengcover satu provinsi. “Ini sudah ideal. Meski tidak sebanyak dengan Thailand yang memiliki lebih dari 30 pesawat untuk melakukan TMC,” ujarnya.





Sejauh ini, TMC yang dilakukan hanya untuk menanggulangi terjadinya bencana kekeringan. Meski begitu, TMC dapat juga untuk meminimalisasi terjadinya bencana banjir.






Seperti jika suatu wilayah berpotensi terjadinya banjir. Maka awan hujannya akan dikurangi dengan menyemai garam di daerah lain. Sehingga awan hujan akan menumpuk di daerah yang disemai. “Kalau di negara lain itu sangat baik dalam mengcover TMC-nya. Karena memang pesawatnya sangat banyak,” terang Wimpie.






Selama ini, BPPT sering mendapatkan pinjaman pesawat dari beberapa instansi. Seperti TNI, PT Pelita dan lain sebagainya. “Saat ini pesawat TMC hanya dioperasikan di Sumsel. Karena di beberapa daerah siaga karhutla sudah dihentikan. Sehingga operasionalnya pun dihentikan,” terang Wimpie.





Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir mengakui memang saat ini kekurangan pesawat menjadi keluhan BPPT dan BPBD. Hal ini akan disampaikan dahulu ke Presiden, BNPB dan Bapenas. Sebab harus mengeluarkan dana yang cukup besar.





“Kami akan minta agar kedepannya penggunaan dana untuk riset harus terintegrasi di bawah kemenristek. Sehingga bisa di kontrol dengan baik,” papar Nasir





Dengan dinaungi Kemenristekdikti, maka dapat dilakukan penghematan yang lebih efektif. Misal harga pesawat Cassa 212 hanya Rp 160 miliar. Artinya, jika 10 pesawat yakni Rp 1,6 triliun. Sedangkan dana riset dalam APBN 2017 sebesar Rp 24,9 triliun. “Karena itu, saya akan mohon kepada Presiden agar bisa diintegrasikan sehingga anggaran lebih efektif,” ulas Nasir.





(lim/WMC)



Kategori : Berita Nasional

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *