Berita Nasional

Berita : Kerja Sama dengan Jepang, BRT Trans Semarang Beralih ke BBG

Indodax


Wikimedan – Pemerintah Kota Semarang meluncurkan program konverter gas pada Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang, Rabu (9/1). Sebanyak 72 unit BRT dipasangi alat konverter bahan bakar gas (BBG).

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, program ini merupakan wujud nyata hasil kerja sama pihaknya dengan Pemkot Toyama, Jepang. Di mana terealisasi melalui gabungan APBD antar pemkot.

“Kami dengan Toyama, kerjasama bantuan solar ke bahan bakar gas untuk transportasi masal. Pembiayaannya 50 persen dari Kota Toyama, 50 persen dari APBD Kota Semarang,” katanya saat peresmian di Hotel Patra, Kota Semarang, Rabu (9/1).

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, program ini merupakan wujud nyata hasil kerja sama pihaknya dengan Pemkot Toyama, Jepang. (Tunggul Kumoro/Wikimedan)

Wali Kota yang karib disapa Hendi itu berujar, puluhan unit BRT ini adalah armada dari Koridor I,V, VI, dan VII. Adapun di Koridor Bandara yang sudah lebih dulu terpasang alat konverter BBG.

Dengan dipasangnya alat konverter gas ini, biaya pengoperasian BRT Trans Semarang juga bakal menjadi lebih murah. Lantaran bakal mengirit bahan bakar serta membuat mesin lebih awet. “Biaya bahan bakar gas lebih murah,” tegasnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang, M. Khadik menambahkan untuk langkah awal memang baru 72 unit BRT yang dipasangi konverter BBG ini. Baru tahun 2020 nanti rencananya semua sudah berteknologi ini.

Khadik mengatakan, BRT Trans Semarang yang menggunakan konverter gas sudah menjalani uji coba. Hasilnya, konsumsi bahan bakar solar dengan bahan bakar standar (hanya solar) membutuhkan 5,5 liter dengan biaya Rp 28.325. Sementara untuk bahan campuran (solar + CNG) membutuhkan 1,48 liter solar dan gas CNG 4,02 Lsp dengan biaya total Rp 20.084. Penghitungan dengan patokan harga gas di Jakarta Rp 3.100 per liter.

“Ini konverter gas hanya penambahan alat. Penggunaannya 30 persen pakai solar, 70 persen menggunakan gas. Pasti akan ada penurununan biayanya,” jelas Khadik. 

Kemudian pada pemakaian harian untuk BRT Trans Semarang atau armada ukuran sedang, menghabiskan rata-rata 80 liter solar dengan harga Rp 5.150 per liter. Sementara dengan pemakaian gas hanya dibutuhkan 60 liter dengan patokan harga gas di Jakarta Rp 3.100/liter dan solar 21 liter. Bila dihitung, tiap armada butuh Rp 412.000 untuk membeli solar dalam sehari.

Rinciannya dengan menggunakan Gas CGN hanya butuh Rp 374.100. Ada penghematan Rp 37.900. “Emisi gas buangnya akan lebih rendah, kemudian tenaganya akan lebih kuat. Kita sudah tes di tanjakan Gombel bisa pakai perseneling tiga,” pungkasnya.
Editor      : Sari Hardiyanto Reporter : Tunggul Kumoro

Kategori : Berita Nasional
Sumber : https://www.jawapos.com/jpg-today/09/01/2019/kerja-sama-dengan-jepang-brt-trans-semarang-beralih-ke-bbg

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *