Argentina Turki Minggir! 3 Negara Ini Inflasinya Bikin Jerit
Wikimedan.com – Argentina Turki Minggir! 3 Negara Ini Inflasinya Bikin Jerit. Hampir di seluruh penjuru dunia, harga makanan dan energi meningkat tajam. Kondisi ini menyebabkan kesulitan serius bagi rumah tangga, terutama bagi masyarakat miskin.
Situasi ini telah bermanifestasi menjadi krisis biaya hidup akibat gangguan rantai pasok karena perang yang memicu krisis energi dan pangan.
Dana Moneter Internasional (IMF) melihat krisis biaya hidup akan semakin persisten dan meluas. Hal ini bisa memicu tantangan inflasi yang lebih tinggi ke depannya.
IMF telah memproyeksikan inflasi global akan mencapai puncaknya pada 9,5% tahun ini, sebelum melambat menjadi 6,5% pada 2023 dan 4,1% pada tahun 2024.
“Inflasi juga meluas melampaui makanan dan energi. Inflasi inti global naik dari tingkat bulanan tahunan sebesar 4,2% pada akhir 2021 menjadi 6,7% pada bulan Juli untuk negara median,” kata Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas.
Menurut IMF, krisis biaya hidup dapat menekan pendapatan riil dan merusak stabilitas makroekonomi.
Oleh karena itu, IMF menegaskan krisis biaya hidup ini harus ditangani dengan kebijakan dari bank sentral.
“Bank sentral sekarang fokus pada pemulihan stabilitas harga, dan laju pengetatan telah meningkat tajam,” sambungnya.
Namun, dia mengingatkan ada risiko pengetatan yang terlalu lemah dan terlalu kuat. Pengetatan yang lemah justru semakin memperkuat inflasi, mengikis kredibilitas bank sentral, dan membuat ekspektasi inflasi tak terkendali.
“Seperti yang diajarkan sejarah kepada kita, ini hanya akan meningkatkan biaya untuk mengendalikan inflasi,” kata Gourinchas.
Sementara itu, pengetatan moneter yang agresif dan kuat bisa memicu ekonomi global masuk ke resesi parah.
Di tengah krisis biaya hidup akibat inflasi yang melesat tinggi, IMF mencatat sejumlah negara mengalami kenaikan harga-harga yang mencapai ratusan persen.
Ada tiga negara yang diproyeksi mengalami inflasi tinggi. Pertama, Zimbabwe yang diperkirakan akan mencatat inflasi 547,3% pada tahun ini, sebelum melandai menjadi 100% pada 2023.
Dari catatan CNBC Indonesia, pada Juni 2022, inflasi negara Afrika itu mencapai 191,6%, melonjak tajam dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 131,7%.
Negara itu bahkan pernah mencatatkan inflasi sebesar 837,53% pada Juli 2020. Untuk meredam inflasi tinggi dan nilai mata uang yang rendah, pemerintah Zimbabwe berencana untuk menerbitkan koin emas sebagai alat pembayaran.
Kedua adalah Venezuela. IMF memperkirakan inflasi Venezuela akan mencapai 220% pada 2022 dan turun menjadi 150% pada tahun depan.
Venezuela menjadi negara kaya minyak yang mengalami inflasi tinggi.
Negara ini pun sempat dinyatakan gagal. Apalagi, rekor inflasinya pernah mencapai 334.509,5%.
Ketiga adalah Sudan. Dari data IMF, Sudan diperkirakan akan mengalami lonjakan inflasi hingga 129,5%. Inflasi Sudan sempat mencapai puncaknya pada Juli 2021 dengan mencapai 422,78%. Krisis ekonomi ditambah dengan gejolak politik di negara tersebut menjadi biang kerok tingginya inflasi.
Adapun, dua negara dengan inflasi ratusan, yakni Suriah dan Lebanon, telah dikecualikan dalam proyeksi IMF untuk 2022 dan 2023. Bahkan, Suriah telah dikecualikan sejak 2014 dan Lebanon sejak 2021.
Dua negara lain, Turki dan Argentina, diperkirakan masing-masing mencetak inflasi 73,5% dan 95% pada 2022.
IMF mengingatkan laju inflasi meningkat lebih tinggi jika pasar tenaga kerja tetap sangat ketat.
Risiko lain adalah perang di Ukraina yang masih berkecamuk dan eskalasi lebih lanjut dapat memperburuk krisis energi.