Kesehatan

Alami Puber Kedua di Usia Paruh Baya, Katanya Tanda Awal Alzheimer. Benarkah?

Indodax


Seiring bertambahnya usia, pria maupun wanita akan mengalami penurunan fungsi otak secara alamiah. Itulah kenapa wajar saja jika Anda akan mengalami pikun atau mudah lupa. Namun, apabila kondisi ini sampai mengganggu aktivitas Anda sehari-hari, hal ini bisa menjadi salah satu gejala penyakit Alzheimer.

Pada saat yang bersamaan, orang yang memasuki usia dewasa tua, alias lebih dari 40 tahun ke atas, ternyata juga dapat mengalami krisis paruh baya alias puber kedua. Atas dasar inilah, banyak yang menghubung-hubungkan bahwa krisis paruh baya adalah salah satu gejala penyakit Alzheimer. Apa benar begitu? Berikut penjelasannya.

Krisis paruh baya itu apa, sih?

Orang yang mengalami krisis paruh baya (midlife crisis), atau memasuki rentang usia 40-an, sering kali dihadapkan pada ketakutan. Pada usia ini, banyak orang yang menganggap bahwa seharusnya mereka sudah menikah, punya anak berusia remaja, dan punya kehidupan yang mapan.

Di sisi lain, mereka juga takut dengan berbagai perubahan dalam hidupnya. Khawatir akan kalah bersaing dengan anak muda, cemas tidak bisa tampil menarik lagi karena kulit sudah mulai berkeriput, rambut rontok atau menipis, dan sebagainya.

Akibatnya, banyak orang di usia ini yang rela menempuh berbagai cara untuk mengembalikan rasa kepercayaan dirinya. Entah dengan olahraga mati-matian atau bahkan melakukan face lift supaya tetap awet muda. Itulah sebabnya, orang yang mengalami kondisi ini disebut-sebut sedang ‘puber kedua’.

Apakah krisis paruh baya jadi gejala penyakit Alzheimer?

penyakit alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang menggerogoti sistem kognitif alias kemampuan berpikir dan mengingat otak. Penyakit ini terjadi akibat adanya penumpukan suatu plak protein bernama amiloid di dalam otak. Akibatnya, sel-sel otak mengalami kerusakan satu per satu sehingga menghambat pengiriman sinyal di otak.

Anda mungkin jadi bertanya-tanya apa hubungannya krisis paruh baya dengan gejala penyakit Alzheimer. Padahal, kedua kondisi tersebut sekilas tampak berbeda dan tidak saling berkaitan.

Penjelasannya begini, dilansir dari Live Science, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa beberapa pasien berusia muda mengalami beberapa masalah kognitif. Masalah kognitif tersebut di antaranya sulit untuk mencari kata yang tepat, gangguan penglihatan, hingga sulit merencanakan sesuatu atau memecahkan masalah.

Mereka menjadi lupa cara mengerjakan tugas yang diberikan sehingga sering menanyakan informasi yang sama berulang-ulang. Bahkan, saat mereka sudah membuat janji dengan orang lain, mereka tidak mengingatnya sama sekali dan malah melakukan pekerjaan lainnya diluar rencana.

Mereka percaya bahwa kesulitan-kesulitan tersebut bisa membuat mereka kehilangan pekerjaan. Alhasil, mereka jadi gampang stres, cemas, penuh rasa takut, hingga mudah marah.

Nah, respon ketakutan inilah yang sering disalahartikan oleh banyak orang. Beberapa orang menduga bahwa pasien tadi mengalami depresi, penyakit Alzheimer, atau mungkin hanya sedang mengalami krisis paruh baya alias puber kedua.

Kenyataannya, dokter menyatakan bahwa gangguan memori dan ketakutan tadi hanyalah efek depresi karena sedang mengalami krisis paruh baya. Ini artinya, gangguan memori atau daya ingat tidak selalu menjadi gejala penyakit Alzheimer seperti yang ditakutkan banyak orang.

Meski begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa hal ini menjadi salah satu gejala penyakit Alzheimer. Akan tetapi, gangguan memori di usia muda biasanya lebih dikaitkan dengan gejala demensia frontotemporal (FTD).

Sayangnya, dokter sering salah diagnosis dan menganggapnya sebagai depresi biasa. Jika stres dibiarkan terus-menerus, hal ini dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit Alzheimer di masa mendatang.

Cara mengendalikan efek krisis paruh baya

perbedaan Alzheimer dan demensia pikun

Sebetulnya, tidak semua orang pasti akan mengalami krisis paruh baya. Beberapa orang di antaranya berhasil melalui masa-masa sulit di usia 40-an tanpa mengalami pergolakan batin.

Ketika Anda menyadari bahwa Anda sedang mengalami krisis, hadapilah dengan tenang. Pahamilah bahwa krisis paruh baya itu normal dialami oleh semua orang yang memasuki usia lanjut.

Jika Anda mulai merasa tidak percaya diri, jangan segan untuk minta bantuan pasangan atau orang terdekat Anda. Ceritakan semua kegelisahan yang Anda rasakan dan mintalah solusi terbaik sesuai dengan kondisi Anda.

Misalnya ketika Anda mulai merasa pikun, cobalah rutin olahraga untuk menghambat penurunan fungsi otak. Menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of the American Geriatrics Society di awal tahun 2018, olahraga aerobik yang dilakukan secara rutin dapat menghambat kerusakan struktur dan fungsi sel saraf otak.

Selain itu, tidak ada salahnya untuk konsultasi ke dokter guna membantu mengatasi krisis paruh baya ini. Pasalnya, ternyata ada beberapa kondisi medis yang dapat memengaruhi suasana hati Anda.

Gangguan tiroid, misalnya, dapat membuat Anda jadi gampang bad mood. Atau, tidak menutup kemungkinan juga bahwa masalah daya ingat yang Anda alami merupakan salah satu gejala penyakit Alzheimer. Segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan diagnosisnya.

Baca Juga:


Kategori : Berita Kesehatan

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *