Sinyal Internet Semakin Kuat di Mentawai Dorong Penggunaan Sehati TeleCTG Semakin Optimal

JAKARTA Wikimedan | Sehati TeleCTG pada 11 April 2019 lalu diberikan kesempatan untuk mengikuti program sosialisasi pemanfaatan layanan akses internet positif yang diadakan oleh Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat dan Pemerintah, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (LTIMP BAKTI), Danny Januar Ismawan yang sekaligus juga meresmikan pembangunan 25 tower Base Transceiver Station (BTS) di Desa Matobe, Kecamatan Sipora Selatan, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat.
Danny menjelaskan tujuan utama program BAKTI KOMINFO yaitu membuka jaringan telekomunikasi di daerah yang terisolir dari jangkauan jaringan seluler terutama di daerah pelosok Kepulauan Mentawai yang masih berstatus Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Dengan adanya pembangunan BTS ini diharapkan kedepannya dapat mendukung program pendidikan dan peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Mentawai.
Dengan adanya pembangunan BTS ini, 75 persen masyarakat sudah dapat menikmati jaringan internet di wilayah kabupaten, sementara di daerah pelosok sebagian besar belum menikmati jaringan internet. Namun sebagian Puskesmas Pembantu (Pustu) sudah terdapat layanan internet menggunakan jaringan Wifi. Ketersediaan jaringan internet yang cepat dan handal menjadi prasyarat untuk pengembangan dan pemanfaatan konten, aplikasi, maupun platform yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat.
Sehati TeleCTG, sebuah perusahaan inovasi teknologi kesehatan yang menggunakan perangkat dan alat berbasis teknologi yaitu alat medis TeleCTG (cardiotocography), dan platform aplikasi di handphone, yaitu aplikasi Ibu Sehati dan Bidan Sehati, berkesempatan mengimplementasikan penggunaannya langsung di masyarakat desa Matobe, Kecamatan Sipora Selatan. Hal ini sangat direspon positif dengan Sehati TeleCTG yang sangat concern terhadap peningkatan pelayanan kesehatan khususnya untuk ibu hamil di daerah tertinggal.
Kolaborasi antara Kemenkominfo melalui LTIMP BAKTI dengan Sehati TeleCTG diharapkan kedepannya dapat terus ditingkatkan bukan hanya di Kabupaten Mentawai namun di daerah-daerah lain yang masih berstatus Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T), dengan meningkatnya jaringan telekomunikasi sebagai alat komunikasi dan informasi di daerah pelosok juga akan mendorong peningkatan kualitas kehidupan masyarakatnya dan peningkatan pelayanan kesehatannya melalui aplikasi Sehati TeleCTG yang merupakan layanan yang menyajikan alat CTG yang dikemas dengan teknologi digital, yang akan mempermudah penggunaan dan distribusi CTG sehingga harga untuk penyediaan perangkat ini dapat ditekan, serta alat CTG ini diharapkan dapat menekan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi yang masih tinggi di Indonesia.
Bidan Erna Shinta Nurdianty, Koordinator Bidan Operasional Sehati TeleCTG menjelaskan bahwa Aplikasi Sehati TeleCTG ini merupakan solusi inovatif untuk mendeteksi dini faktor resiko ibu hamil sehingga dapat menekan tingkat kematian ibu dan anak, juga masalah stunting melalui jaringan internet yang baik dapat bekerja secara optimal.
Aplikasi Sehati TeleCTG ini diciptakan dengan latar belakang mengingat angka kematian ibu dan bayi masih tinggi di Indonesia. Setiap tahunnya ada 5,5 juta ibu hamil namun hanya ada 6.000 dokter spesialis yang masih terpusat di pulau Jawa, sehingga aplikasi Sehati TeleCTG ini menjadi solusi tepat untuk daerah 3T yang masih kurang dokter spesialis.
Sedangkan alat medis TeleCTG berfungsi untuk memeriksa kesejahteraan janin secara portable, tanpa listrik, dan dapat digunakan oleh bidan di seluruh Indonesia. Kemudian, hasilnya akan dibaca oleh dokter spesialis atau consultation center yang berada di pusat dan langsung terhubung dengan handphone dan langsung dibaca hasilnya. Saat ini alat medis TeleCTG sudah keluar izin edarnya dari Kementerian Kesehatan.
“Ada juga aplikasi Bidan Sehati yang dapat digunakan oleh para bidan untuk mencatat data kesehatan ibu hamil agar dapat langsung mengetahui faktor resiko pada ibu hamil. Dengan mendeteksi faktor resiko lebih awal, pasien dapat dirujuk lebih awal. Alat medis TeleCTG dan aplikasi Bidan Sehati dapat mendeteksi kondisi bayi stunting mulai janin dalam kandungan,” ujar Erna.
Erna menambahkan penggunaan platform Dashboard Sehati dimana jika para bidan memasukkan data melalui platform ini, seluruh data ibu hamil dan hasil persalinannya langsung masuk ke dinas kesehatan. “Jadi ada data realtime saat itu juga. Dinas kesehatan dapat mengetahui berapa jumlah ibu hamil, stunting dan faktor resikonya. Dashboard Sehati ini juga bisa ditingkatkan di Puskesmas,” kata Erna.
Selain itu, pada aplikasi komunitas Bidan Sehati, para bidan bisa mengikuti kelas online bersama dokter spesialis yang memberikan informasi kebidanan maupun kedokteran.”Bidan tetap terupgrade walaupun berada di pelosok dan ada sertifikat untuk para bidan yang mengikuti kelas online,” tambahnya.(r/er)